Translate

STRENGTH & CONDITIONING ~ REFLEKS YANG EFEKTIF ADALAH STANDAR BAGI PETARUNG

Jika ada pertandingan antara dua pesilat di gelanggang, itu tidak lebih dari sebuah pertarungan refleks. Refleks satu orang pesilat terhadap lawannya.
Tentu ada keahlian, ada strategi, kekuatan, dan kualitas komponen lainnya. Tapi tanpa refleks dalam memanfaatkan kemampuan itu pesilat tidak akan bertahan dalam setiap partainya, apalagi memenangkan pertandingan.
Ada perbedaan antara hanya menjadi cepat dan memiliki reflek yang dilatih (trained reflexes). Ini adalah perbedaan antara menghindar secara naluriah versus menghindar kemudian melakukan pukulan/tendangan dengan telak.

Apa Refleks?
Refleks dalam suatu pertandingan adalah respon fisik terhadap stimulus saat berlangsungnya pertarungan.
Sebuah stimulus dalam pertarungan bisa menjadi:
• Serangan lawan;
• Sebuah kesempatan untuk menyerang;
• Sebuah gerakan lawan; dan
• Atau sebuah kesempatan yang tiba-tiba muncul saat berlangsung pertarungan.
Respon fisik bisa jadi:
• Pesilat melontarkan serangan
• Pesilat mengelak dari serangan
• Pesilat pindah posisi
• Dan lainnya.

Seorang pesilat dengan refleks yang cepat adalah yang merespons dengan cepat terhadap stimulus.
Seorang pesilat dengan refleks yang BAIK adalah orang yang merespons secara efektif stimulus.
Tentu, Pelatih ingin memiliki pesilatnya memiliki refleks yang lebih cepat dan lebih baik.
“REFLEKS CEPAT TIDAK MEMBANTU, JIKA PESILAT TIDAK BEREAKSI SECARA EFEKTIF!”.

Mungkinkah refleks ditingkatkan?
Berapa persentase pengaruh genetika terhadap kemampuan refleks?
Bagaimana jika refleksnya lambat bahkan paling lambat diantara yang lain?
Bagaimana jika pesilat mengatakan :sulit sekali melihat pukulan/tendangan lawan?

Ini adalah masalah yang besar untuk pesilat, dan suatu kondisi yang harus segera ditangani. Kita mencoba mengerti penjelasan di bawah ini:
Kita adalah makhluk indrawi. Manusia memiliki sistem saraf yang rumit, tulang, otot, dan segala macam fungsi fisik yang sangat berevolusi untuk memfasilitasi gerakan reaktif. manusia bukan tanaman yang melambai bila kena angin. Dan bukan batuan diam di bentang alam. Manusia dapat melihat, mendengar, mencium, merasa, dan berfikir. Tubuh manusia dibuat untuk merespons rangsangan.

Secara genetika tidak ada hubungannya refleks terlatih dengan jumlah stimulasi yang dialami indra kita selama bertahun-tahun. Seorang anak yang dipaksa untuk berpikir kritis sepanjang hidupnya akan tumbuh lebih cerdas. Seorang anak yang berlatih/berolahraga seumur hidupnya akan lebih atletis daripada yang bermain dengan gadget sepanjang waktu. Genetika penting tapi tidak berpengaruh besar dibandingkan dengan rangsangan yang alami melalui latihan.
• Jika pesilat bisa bermain video game dengan cekatan, maka bisa memperbaiki refleks dalam pertarungannya.
• Jika pesilat dapat mengirim pesan teks di smartphone dengan cepat, maka dapat memperbaiki refleks dalam pertarungannya.
• Jika pesilat bisa menjerit saat menyentuh panci yang panas, maka bisa memperbaiki refleks dalam pertarungannya.
“SELAMA MEMILIKI KEMAMPUAN NALURIAH UNTUK BEREAKSI, MAKA REFLEKS BISA DILATIH SESUAI KEBUTUHAN DALAM PERTANDINGAN!”.

Mengembangkan Refleks Pada Pesilat.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan TRACKED REFLEXES!
Refleks bisa menjadi reaksi APAPUN.
• Sebuah serangan (pukulan/tendangan)
• Sebuah hindaran, tangkapan dan jatuhan
• Sebuah serangan balik.
REFLEKS YANG DIPERLUKAN adalah reaksi yang EFEKTIF:
• Sebuah counter serangan
• Langkah defensif

Inilah sebabnya mengapa banyak pelatih tidak peduli apakah seseorang 'cepat secara genetis' atau tidak. Tanpa dilatih keterampilan, orang yang cepat tidak akan memiliki banyak keuntungan. Jika ada dua pesilat pemula melakukan sparing, hampir pasti yang memiliki refleks lebih cepat akan menang. Tapi begitu dua pesilat berpengalaman dihadapkan, hampir pasti yang dilatih refleksnya (TRAINED REFLEX) yang lebih baik dan akan menang.

Apa itu TRAINED REFLEX?
Refleks yang dilatih adalah reaksi efektif yang paling sesuai dengan rangsangan.
1. Merasakan rangsangan
2. Bereaksi ke rangsangan

Kata kuncinya adalah Rangsangan (Stimuli) dan Reaksi, Rangsangannya yang pertama, reaksi kedua. Lebih baik lagi, REAKSI DENGAN STIMULI! REAKSI DENGAN STIMULI! REAKSI DENGAN STIMULI!
YANG BERARTI….LATIHAN UNTUK STIMULI! LATIHAN UNTUK STIMULI! LATIHAN UNTUK STIMULI!

Jika pesilat ingin bersikap baik dalam bereaksi terhadap pukulan/tendangan, pesilat harus berlatih dengan melihat pukulan/tendangan! ITU SAJA
Semakin baik pesilat merasakan tendangan, semakin baik pesilat meresponsnya. Pesilat ingin menjadi lebih baik dalam melihat tendangan, mendengar tendangan merasakan tendangan, bahkan sebelum kaki itu terlontar. Harus selalu fokusnya pada rangsangan (stimulus).

Kebiasaan Latihan Refleks Yang Salah:
1. Latihan Bukan Dengan Rangsangan Yang Tepat.
Pesilat harus berlatih dengan rangsangan yang benar. Jika pesilat ingin menjadi lebih baik saat merespon datangnya pukulan/tendangan, Pesilat harus berlatih dengan pukulan/tedangan yang datang ke arahnya.
TIDAK ADA JALAN LAIN. Bukan dengan berlatih dihadapan cermin atau berlatih dengan sandzak. Bukan dengan menghindar bola tenis atau bola pingpong yang dilempar ke dirinya, itu tidak akan membantu,. Tentu, memiliki refleks cepat dalam aktivitas APAPUN adalah keuntungan fisik, namun pada akhirnya pesilat yang berlatih refleks dengan sparing yang akan lebih terlatih dan akan memenangkan pertandingan.
Berfokus pada apa pun selain focus pada pukulan tendangan akan menjadi buang-buang waktu! Paling banter, pesilat akan memperbaiki koordinasi dan refleks naluriah, tapi tidak akan bisa lebih baik dalam merasakan pukulan atau mengembangkan refleks yang efektif.

Kebiasaan Latihan Refleks Yang Salah:
2. Berfokus Pada Reaksi
Begitu banyak pesilat membuang waktu mereka dengan melakukan latihan yang salah untuk meningkatka refleks:
• Berlatih gerakan defensif (didepan cermin)
• Berlatih mengkounter (pada sandzak atau didepan cermin)

Saya tidak mengatakan bahwa latihan ini tidak berguna (tentu saja ini penting untuk pesilat). Maksud saya mereka ini harus memiliki reflek yang efektif, tidak sekedar berilustrasi melakukan gerakan dalam pertandingan. Pelatih mungkin banyak melihat pesilat pemula (bahkan pesilat elit) yang berlatih gerak/teknik di depan cermin selama bermingu-minggu, tetapi kemudian hancur di gelanggang, itu dikarenakan pesilat TIDAK BISA MELIHAT DAN MERASAKAN SEBUAH PUKULAN/TENDANGAN DATANG.

Apa yang dia harapkan? Bagaimana pesilat bisa mengontrol serangan jika pesilat tidak dapat melihat dan merasakannya?.
Hanya karena menghabiskan waktu berlatih gerak di depan cermin dan pada sandzak, tidak berarti itu tidak berguna bagi pesilat. Berlatih shadow dan sandzak lebih banyak dilakukan untuk latihan teknik dan kondisi fisik. Jika ingin mengembangkan refleks, pesilat harus dilatih dengan kondisi sesungguhnya, yakni lawan mengarahkan serangan kepada dirinya. Setelah pasangan melepaskan pukulan/tendangan ke arahnya (bahkan tanpa kontak) saat bergerak di matras, akan jauh lebih efektif untuk pengembangan refleks karena pesilat dihadapkan pada rangsangan (pukulan/tendangan yang dilepaskan lawan).
“RAHASIA UNTUK LATIHAN REFLEKS ADALAH HARUS FOKUS PADA RANGSANGAN (STIMULI)!”.

Proses latihan reflex.
1. Slow Sparing
Slow sparing adalah alat yang luar biasa untuk melatih mempercepat pengembangan keterampilan dalam pertandingan. Tentu pesilat bisa melepas serangan dengan cepat, tapi pastikan bahwa pesilat masih melakukan latihan dengan slow sapring. Karena slow sparing memberi waktu untuk rileks, merasakan, berpikir, dan biasanya merangsang munculnya respons baru.

Paling penting dari semua, slow sparing benar-benar memberi kesempatan untuk menerima semua informasi sensorik dari gerakan lawan. Bagaimana dia bergerak? Dari mana kekuatannya berasal? Gerakan apa yang biasa dilakukan pertama? Kemana arah gerakan akan melintas? Slow sparing memberikan waktu untuk menyerap semua ini dan mengolahnya. Sparing yang dengan kecepatan sesungguhnya, biasanya memaksa pesilat untuk bersikap "bergerak atau diam" di mana pesilat hanya ingat bagaimana menghindari serangan tapi tidak pernah benar-benar bisa melihat pukulan/tendangan ataupun sebuah kesempatan yang seharusnya direspon.

Saya cukup yakin 80% dari pesilat yang membaca ini tidak akan mencoba slow sparing. Dengan alasan:
“Saya sudah cukup nyaman dengan sapring yang biasa dilakukan, dan merasa tidak butuh slow sparing”.
Bahkan ada pula pesilat jarang melakukan sapring dan lebih peduli pada aspek teknis / strategis tentang pencak silat daripada kemampuan aplikatif teknis/strategis itu sendiri dalam sebuah sparing/pertandingan.
Padahal rahasianya kenapa ada seorang pesilat hebat, itu karena kemampuan untuk menyerap rangsangan. Kemampuan untuk melihat, dan merasakan, dan merasakan segala sesuatu berjalan sesuai keinginannya, itulah yang membuatnya hebat dalam meresponsnya.

Dan dalam olahraga body contact, pesilat yang bisa merespon lawannya dengan cerdas juga secara naluriah, ITU ADALAH REAL FIGHTER. Pesilat sejati tidak perlu berpikir, tidak perlu mengingat apapun. Mereka hanya merespons dan melakukannya secara alami. Dan pesilat terbaik memiliki reaksi yang lebih baik karena mereka dapat merasakan lebih banyak hal. Jadi memiliki pertahanan yang hebat lebih berkaitan dengan kemampuan untuk merasakan berbagai jenis serangan, daripada mengetahui banyak cara untuk melepaskan serangan.
“PESILAT YANG HEBAT BISA MERASAKAN LEBIH BANYAK HAL!”

2. Pad Focus
Jika pesilat tidak memiliki pasangan untuk sparing/tanding, sehingga tidak bisa melakukan slow sparing yang melepas serangan secara lambat, pad target yang dipegang pelatih akan menjadi pilihan yang baik. Pelatih tidak usah berefikir tentang serangan cepat dan dahsyat, yang membuat pesilat mengerahkan kekuatannya selama 2 menit hingga akhirnya Lelah. Lakukan pad focus terkontrol, dimana pelatih melakukan serangan dengan pola yang diketahui oleh pesilat. Dan pesilat melakukan pertahanan dan serangan secara bersamaan dan berlatih menyesuaikan dengan gerakan lawan.

Tahapan berlatih dengan pad:
• Sampaikan terlebih dahulu pola serangan apa yang akan dilepaskan dengan aba-aba pad muncul, kemudian lakukan dengan cepat, kemudian ulangi beberapa kali.
• Kemudian lakukan beberapa pola serangan dengan tiba-tiba pad muncul tanpa meberitahukan terlebih dahulu, lakukan langsung.
• Setelah beberapa saat, pesilat akan mulai menjadi pintar ntuk menyerang pad yang tiba-tiba muncul. Pesilat belajar menjadi lebih responsif dan untuk melihat peluangnya.
• Selanjutnya lakukan dengan memberikan latihan dengan terkontrol tetapi lebih kompleks dan variatif dan berbagai kecepatan. Tetap berorientasi pada bagaimana pesilat menanggapi pad sebagai sumber rangsangan.
• Kemudian berikan tiba-tiba, cepat dan secara acak, 1 -2 bentuk latihan. Pelatih jangan melanjutkan pada bentuk latihan lainnya, sampai dia belajar merespon dengan sempurna untuk keduanya.
• Sekarang beri dia 1-2, dan tindak lanjuti dengan 3-2. Akhirnya pesilat mengerti bagaimana cara merespon kombinasi 1-2-3-2 dst. tanpa pelatih mengucapkan sepatah kata pun!
• Berlanjut dengan reflex efektif yang lebih kompleks, seperti tangkapan dilanjutkan dengan jatuhan, atau langsung dengan berbagai teknik menjatuhkan dari rangsangan yang bervariatif pula.

Ini membutuhkan waktu, tapi akhirnya pesilat dapat mencari peluang menyerang sambil tetap waspada. Ini penting, karena saat ini sangat dominan pesilat pandai melakukan serangan tetapi tidak dapat mengamankan point yang didapatkannya.

Yang penting dalam pad focus adalah bagaimana menciptakan pola gerak yang natural, kemudian efektif meresponnya. Bila ini bisa dilakukan capaian latihan tidak akan lama, pesilat akan mampu melakukan kombinasi serangan balik (counter) sambil mempertahankannya secara bersamaan dan semua tanpa berpikir!

Ini mungkin terdengar seperti sangat sulit, tapi sebenarnya tidak. Pelatih yang baik bisa melakukannya tanpa membuat pesilat harus mengingat sesuatu, tanpa membuat pesilat merasa tidak alami, dan bahkan hampir tanpa harus berpikir! Lakukanlah dengan natural!

Atau pelatih memiliki metoda lain hasil inovatif dari proses melatihnya selama ini, itu sangat baik. Karena Pelatih sangat tahu persis kebutuhan dan cara menangani para pesilatnya. Yang jelas prinsip-prinsip latihan meningkatkan reflexs yang efektif tetap menjadi pegangan.

Inilah sebabnya mengapa banyak atlet elite tidak terlalu repot dengan sandzaknya. Teknik mereka sudah bagus dan mereka lebih suka menyimpan otot dan tulang kaki maupun tangan mereka untuk melakukan pukulan dan tendangan telak pada lawannya saat pertarungan berlangsung.

Ferry Hendarsin, Bandung 27 Mei 2017
Referensi:
Training & Workout, Johnny N, 5 Februari 2013.
How To Improve Reflexes, Samuel HA, Mighty Fighter.
 

MIND GAMES ~ HEY COACH! ANDA BUKAN PELATIH YANG BAIK

Banyak "Coach" di luar sana yang tidak memiliki kompetensi tentang bagaimana melatih yang benar! Coach seperti ini secara konsisten akan lebih banyak melakukan kerusakan pada atletnya daripada berbuat kebaikan. Mereka menjatuhkan harga diri atlet dan bukan membangunnya. Mereka menciptakan lingkungan latihan yang sangat tidak aman bagi atlet. Mereka menggunakan rasa takut, mebuat malu dan merendahkan, serta perilaku tidak sopan sebagai “alat melatihnya". Mereka mengutamakan emosional dan terkadang secara fisik/kasar. Mereka menekan atlet untuk terus bermain saat cedera. Mereka secara teratur membunuh kesenangan dan gairah yang pernah dimiliki atlet untuk olahraga ini. Coach ini telah kehilangan arah dan menyimpang sangat jauh dari misi pembinaan yang sebenarnya.

Anda BUKAN Coach yang baik saat memanggil seorang atlet keluar barisan dan berteriak kepada atlet itu, "Kamu tidak pernah akan memenangkan pertandingan, apalagi menjadi juara. Bila kamu meraih juara, itu hanya keberuntungan!" Bagaimana komentar semacam ini dapat mengembangkan potensi atlet? Apakah teriakan itu membantu atlet memahami dengan tepat apa yang dia lakukan itu salah dan apa yang perlu mereka lakukan untuk memperbaiki dirinya? Bagaimana cara membantu atlet berlatih? Apakah itu cara memotivasi atlet untuk mau berlatih lebih keras lagi untuk memperbaiki diri? Apakah itu akan membuat atlet merasa nyaman dengan dirinya sendiri?

Anda BUKAN Coach yang baik jika Anda berpikir bahwa tugas Anda yang paling penting sebagai Coach adalah memenangkan pertandingan. Saya tidak peduli tekanan macam apa yang akan Anda hadapi dari Induk Organisasi, Komite Olahraga atau Pemerintahan. Jika menang adalah tujuan utama, Anda sebagai Coach telah kehilangan sebagian yang menjadi tujuannya, inilah awal kegagalan misi Anda! Misi Anda sebagai Coach adalah melatih anak muda dan membantu mereka tumbuh sebagai individu sehingga mereka menjadi orang yang lebih baik, di dalam maupun di luar lapangan. Ada hal yang jauh lebih penting yang dipertaruhkan di sini sekedar melatih atlet supaya menang, yaitu mengajari atlit agar menjadi orang yang lebih baik dan mereka menggunakan olahraga mereka tidak lebih dari sekedar kendaraan untuk pembentukan dirinya. Persoalan menang dan kalah itu sekunder, yang utama bagaimana atlet mendapatkan pengalaman dan pengajaran hidup yang berharga (Sebagai anggota tim atlet mengorbankan kebutuhan individu, mengatasi kesulitan & kegagalan, mengendalikan rasa takut & rintangan, bekerja keras menuju tujuan yang jauh, berlatih untuk percaya diri, menjadi atlet yang sportif, bertanding sesuai dengan peraturan, dll.).

Anda BUKAN Coach yang baik jika Anda menempatkan hasil kompetisi di depan kesejahteraan fisik dan emosional atlet Anda. Jika Anda menekan atlit Anda untuk bermain saat cedera atau jika Anda merendahkan hati dan mengabaikan atlet cedera untuk bermain, berarti Anda terlibat dalam penganiayaan fisik. Mendorong atlet Anda untuk bermain dalam keadaan cedera/sakit sehingga bisa menang adalah perilaku sembrono untuk Anda sebagai Coach. Bila Anda melakukan ini, Anda langsung menempatkan pemain Anda dalam risiko. Anda TIDAK mengajari mereka untuk bermental tangguh! Bermain dengan rasa sakit TIDAK menjadi tanda kekuatan. Itu adalah MITOS yang konyol! Sebagai gantinya, ini benar-benar memberikan pertanda peringatan bahwa ada sesuatu yang sangat salah pada Anda.

Anda BUKAN Coach yang baik ketika Anda membiarkan atlet di tim saling mengejek dan atau merendahkan satu sama lain. Coach yang baik menciptakan lingkungan berlatih yang nyaman dan aman. Tidak ada yang nyaman dan aman untuk berada dalam tim, di mana rekan tim secara teratur mengkritik dan saling berteriak. Tidak ada yang nyaman dan aman untuk berada dalam tim saat ada atlet dipecat atau dikucilkan oleh rekan satu timnya. Ini adalah tanggung jawab Coach untuk menetapkan batasan yang sangat jelas agar dapat dicegah perilaku "trouble maker" semacam ini. Seharusnya tidak ada tempat bagi mereka di tim sebaik ini.

Anda BUKAN Coach yang baik saat bersikap pilih kasih. Coach yang baik memperlakukan atlet mereka dengan adil. Mereka tidak berpijak pada dua aturan yang berbeda, yaitu satu untuk yang "difavoritkan" dan satu untuk yang lainnya. Coach yang berlaku tidak adil harus segera hengkang dan pergi jauh, karena akan menciptakan perselisihan dan mengganggu kinerja tim.

Anda BUKAN Coach yang baik saat memberi tahu atlet Anda bahwa dalam situasi apa pun mereka tidak akan memberi tahu orang tua mereka apa yang sebenarnya terjadi dalam latihan/pertandingan, dan jika mereka melakukannya, mereka bersikap tidak loyal dan tidak menghormati Coach tim mereka dan programnya! Coach yang memberi tahu atlit mereka hal-hal semacam ini sangat salah arah dan mencoba menyembunyikan sesuatu. Apa yang mereka coba sembunyikan adalah perilaku kasar mereka! Memberitahu anak-anak agar tidak bercerita pada orang tuanya atau orang lain..

Anda BUKAN Coach yang baik saat Anda memperlakukan pemain Anda dengan tidak hormat. Saya tidak peduli dengan segudang prestasi Anda atau berapa banyak kejuaraan yang telah Anda menangkan di masa lalu. Bila Anda memperlakukan atlet dengan tidak hormat, Anda BUKAN Coach yang baik. Coach yang hebat tidak mengajarkan dengan cara ini. Mereka menghargai atlet mereka dan membuat mereka merasa berharga, baik sebagai peserta latihan maupun individu. Posisi dan reputasi Anda seharusnya tidak menentukan apakah Anda mendapat respek dari tim Anda. Apa yang menentukan apakah orang menghormati Anda adalah bagaimana Anda bertindak! Perilaku Anda adalah yang terpenting. Coach yang baik akan dihormati oleh atletnya, lagi dan lagi berdasarkan pada bagaimana mereka berperilaku dan bagaimana mereka berinteraksi dengan atlit dan orang lain yang terkait dengan program ini. Jika Anda berpikir bahwa Anda terlalu penting untuk mendapatkan rasa hormat, maka Anda memperlihatkan diri Anda sebagai Coach yang buruk!

Anda BUKAN Coach yang baik saat Anda tidak "teruskan pembicaraan." Apa yang Anda katakan kepada pemain Anda tidak berarti apa-apa jika tidak berasal dari Anda sebagai pribadi. Sederhananya, kata-kata Anda harus sesuai dengan perilaku Anda. Coach hebat adalah teladan yang hebat karena mereka mengajari atletnya melalui perilaku mereka. Mereka tidak berperilaku dengan standar ganda, dan tetap mempertahankan atlit mereka dengan standar perilaku yang berbeda dan lebih tinggi. Jika Anda sebagai Coach dan mengajarinya secara maksimal, "lakukan seperti yang saya katakan, BUKAN seperti yang saya lakukan," maka Anda telah menempatkan diri Anda sebagai Coach yang buruk.

Anda BUKAN Coach yang baik ketika Anda menolak untuk bertanggung jawab atas perilaku Anda, ketika Anda menolak untuk mengakui kesalahan Anda dan bahkan terus menyalahkan orang lain. Tanda Coach yang hebat adalah bahwa mereka menampilkan diri sebagai manusia. Yang lebih penting, mereka tidak membiarkan ego mereka terlibat dalam tugas melatih. Oleh karena itu ketika ada yang tidak beres, mereka dengan cepat mengambil bagian di dalamnya. Coach yang baik bertanggung jawab atas kegagalan tim mereka dan memberi tanggung jawab penuh atas kesuksesan kepada tim dan atlet. Coach yang buruk menyalahkan atlitnya atas kegagalan dan menerima pujian atas keberhasilan tim.

Anda BUKAN Coach yang baik bila sering “main tangan" dengan atlit Anda. Jika Anda berbicara di belakang mereka, tidak pernah berani berhapadan langsung atau tidak jujur dalam interaksi dengan atlet Anda, maka Anda tidak melakukan sesuatu yang konstruktif untuk membantu atlet Anda belajar dan tumbuh sebagai atlet dan individu. Memberitahu atlet satu hal dan kemudian berbalik melakukan hal yang sebaliknya, itu bukanlah proses pembinaan yang efektif. Misalnya, menjanjikan atlet untuk bermain pada sebuah kejuaraan jika dia melakukannya A, B dan C, dan kemudian tidak memilihnya untuk bertanding. Padahal semua telah dilakukannya, kondisi ini akan membuat kecintaan atlet terhadap olahraganya sirna, bahkan menghancurkan semangat mereka, menghancurkan kepercayaan diri mereka. Hey Coach! Anda BUKAN Pelatih yang baik!

Ferry Hendarsin, Bandung 29 Mei 2017

Diadop dari:
“YOU ARE NOT A GOOD COACH WHEN YOU…” Dr. Alan Goldberg - Peak Performance and Mental Thougness, Overcoming Slumps, Fears & Blocks - Competitive Advantage.