Translate

Narsis In UB Cup I 2011



Semua bermula dari keberanian mencoba dan mental kerja keras.
Bermodal kemampuan yang ada, mencoba dikenal dan mengenal dunia, meskipun tak begitu menggemparkan, tapi motivasi mengalir deras dari tiap diri kami, bahwa kami harus ada dan setiap orang harus mengakui kami ada!
Memang kerja keras kami tidak sampai bercucuran darah, tapi keringat dan kepenatan serta badan yang serasa ringsek, ditambah stressing tuk mencapai target minimal "bisa ikut" terus mendorong kami agar terus bekerja keras.
Kami memang bukan yang terhebat, tapi bisa dilihat, didengar dan dirasakan kami ada dimana-mana.
Sekarang keberuntungan belum memihak pada kami, tapi kami akan terus berusaha dan terus bekerja keras....... suatu hari nanti dengan kehendak yang maha kuasa, insya Allah kami tidak hanya ada, dikenal dan mengenal. Tetapi kami akan dipandang sebagai sosok disegani, dikagumi, dihormati dan selalu dirindukan keberadaanya. Kami akan berusaha menjadi seperti yang dicita-citakan para leluhur kami, bisa menjaga keAmpuhan, keSehatan, keAmanan dan keDamaian.
Tekad kami sudah bulat, melestarikan warisan leluhur kami "Pencak Silat" yang sangat kami cintai.
Tidak lupa kamipun mengajak kepada semuanya, marilah kita terus bina dan asah kemampuan kita, turunkan ilmu kita kepada generasi penerus kita dengan terpilih dan utama. Jadikan mereka penerus yang lebih baik dari kita yang bisa mengemban amanat beladiri dan silaturrahim antara sesama.
Bravo 'Pencak Silat'
Jayalah "Persinas ASAD"

Galeri Kejurda Persinas ASAD UB CUP I 2011





 

KUJANG


General presentation:
Kujang (pron. "koo-jaang.") is old traditional knife of Indonesia, a typical weapon that originates from the Sundanese region called West Java, Indonesia.
Lacking the proper English equivalent for this we have used the term, "sickle," eventhough its form somewhat deviates from the true shape of a sickle. Neither does it resemble the "scimitar" which curves convexly. In Indonesian a sickle is actually called "chelurit." The Javanese living in the eastern half of the Java island refers to the kujang as "kudi." To those who are uninformed, the indigenous people of the island of Java are not all "Javanese." The western part of the island is populated by a major ethnic group called "Sundanese." The kujang is the sole monument of the city of Bogor here in Indonesia.
II. History
The kujang is filled with mysteries. It is said that it carries within its form a magical force with a mystical purpose. Embodied within its original figure lied the philosophy of the ancient Sundanese with its Hindu heritage. It is evident from the foregoing that this mystic blade was created to be more of a talisman, a symbolical objet d'art, rather than a weapon. This is especially so regarded in contemporary times. The original creation of the kujang was actually inspired by a utensil used in farming. This utensil was widely used in the 4th to 7th centuries AD. The newly created kujang differed slightly from the tilling implements fashioned by the famed blacksmiths, Mpu Windusarpo, Mpu Ramayadi, and Mpu Mercukundo, as can be seen in the local museums.
It was only in the 9th to 12th century that the form of the kujang took the shape that we are so familiar with today. In the year 1170 there was a change in the kujang. Its value as an amulet or talisman was gradually being recognized by the rulers and nobilities of the Pajajaran Makukuhan kingdom, especially during the reign of Prabu Kudo Lalean. During one of his spiritual retreats, Kudo Lalean was instructed through a psychic vision to re-design the form of the kujang to conform to the shape of the island of "Djawa Dwipa," as Java was called in those days. Immediately the sovereign king commissioned the royal blacksmith, Mpu Windu Supo, to fashion the blade seen in his vision. It was to become a weapon embodying mystical qualities and a spiritual philosophy; a magical object, unique in its design, one that future generations would always associate with the Pajajaran Makukuhan kingdom. After a period of meditation, Mpu Windu Supo confirmed the vision of Kudo Lalean and commenced with the fashioning of a prototype of the Kujang. It was to have two prominent characteristics: the shape of the island of Java and three holes or round notches somewhere in the blade.
III. Structure
Constructing the kujang blade into the shape of Java was interpreted to mean the ideal of unification of all the petty kingdoms of Java into a single empire, headed by the Makukuhan king. The three holes or round notches was to represent the Trimurti, or the three aspects of the godhead of the Hindu religion, of which Kudo Lalean was a devoted votary. The three aspects or gods referred to are Brahma, Vishnu, and Shiva. The Hindu trinity was also represented by the three major kingdoms of that era, respectively, the kingdom of Pengging Wiraradya, located in the east of Java; the kingdom of Kambang Putih, located north-east of the island; and the kingdom of Pajajaran Makukuhan, located in the west.
The shape of the kunjang evolved further in later generations. Different models appeared. When the influence of Islam grew upon the masses, the kujang was re-shaped to resemble the Arabic letter "Syin." This was largely the stratagem of the sovereign of the Pasundan region, Prabu Kian Santang, who was anxious to convert the populace to Islam. Knowing that the kujang embodied the Hindu philosophy and religion of the existing culture, the muslim rulers, imams and teachers, anxious to propagate Islam and dessiminate its doctrines, re-modeled the kujang to represent the basis of their religion. Syin is the first letter of the syahadat verse of which one testifies to the witnessing of the sole God and the Prophet Muhammad (blessed in his name) as the messenger. By reciting the syahadat verse, one is automatically converted to Islam. The modification of the kujang broadened the area of the blade which geographically corresponds to the Pasundan or western region of Java to conform to the shape of the letter Syin. The newly-designed kujang was supposed to remind the possessor of the object of his allegiance to Islam and to the obedience of its teachings. Five holes or round notches in the kujang replaced the three of the Trimurti. They represented the five pillars of Islam. With the influence of the Islamic religion, some kujang models portray the inter-blending of the two basic styles as designed by Prabu Kudo Lalean and Prabu Kian Santang.
Nowadays, the kujang is often decorated in homes as it is believed to bring about luck, protection, honor, etc. They are displayed in pairs on walls with the inner edge facing each other. There is a taboo, however-no one is to be photographed standing in-between them as this would somehow cause the death of that person within a year.
DUA SISI KETAJAMAN
Secara umum, senjata ini telah diakui sbg milik asli urang sunda & menjadi ciri khas masyarakat jawa barat+banten. Dlm perkembangannya, seiring kemajuan teknologi & budaya suatu negri, fungsi & kegunaan senjata tradisional mulai bergeser. Kujang yg dulunya berfungsi sbg senjata perang & alat pertanian, saat ini sdh bergeser menjadi sekedar hiasan & cindera mata. Di beberapa tempat pengrajin cindera mata, senjata ini dikemas agar lebih berkelas dg teknik pembuatan yg modern. Ini jg salah satu cara & langkah utk melestarikan senjata tradisional.
Setiap daerah di indonesia memiliki senjata khas unik & mengandung nilai sejarah tersendiri. Senjata khas itu dlm riwayat sejarahnya menjadi alat utk perang, mempertahankan wilayah, maupun menjaga diri. Indonesia yg dikenal kaya raya akan alam & budaya memiliki beragam jenis senjata tradisional. Setiap daerah atau suku bangsa memiliki senjata tradisional, spt jawa tengah & daerah istimewa yogyakarta dg senjata kerisnya, jawa timur dg clurit nya, bali & nusa tenggara barat jg dg keris khas daerah itu, sundu di nusa tenggara timur, mandau di kalimantan barat & timur, sementara kujang adalah senjata khas milik jawa barat+banten (sunda).
Kujang adalah sebuah senjata yg unikdari segi bentuk & sejarahnya. senjata tradisional jawa barat+banten ini, memang tak sepopuler keris atau beberapa senjata lain di bumi nusantara ini, meskipun kujang bisa dimasukkan jenis keris yaitu keris khas tanah pasundan.
Mungkin krn masyarakat jawa barat+banten sendiri sdh tidak banyak yg menyimpan kujang & tdk banyak orang yg tahu sejarah masa lalu, serta nilai2 lain yg terkandung dlm senjata ini. Sumber lain berupa tulisan ttg senjata ini pun sangat jarang ditemui.
Spt halnya keris jawa, kujang jg bermata 2. kedua sisinya sama2 tajam, hanya bentuknya yg berbeda. Kujang memiliki ornamen spt lubang2 kecil & bergerigi atau lekukan pd salah satu sisinya. Lubang2 kecil itu berbeda2, ada yg 3 lubang & ada yg 5 lubang.
Ketajaman di kedua belah sisi tsb mempunyai makna & filosofis tersendiri bagi masyarakat sunda. Yaitu : seiring dg kandungan 2 makna yg merefleksikan adanya 2 sisi ketajaman kritis dlm kehidupan, baik kehidupan individu maupun kolektif atau sosial kemasyarakatan.


MILIK URANG SUNDA
Spt halnya keris ataupun senjata tradisional lainnya semisal golok, mandau, atau rencong, kujang jg digunakan sbg senjata perang. Terutama saat bumi nusantara ini msh terdiri dari kerajaan2.
Spt pd jaman kerajaan pajajaran, kerajaan terbesar di tanah pasundan. Para petinggi kerajaan hingga prajurit bahkan rakyat jelata, menggunakan kujang sbg senjata utk berperang, mempertahankan diri, bahkan keperluan pertanian & rmh tangga.
Sebenarnya melalui senjata kujang inilah kebesaran kerajaan pajajaran di masa lampau dapoat ditelusuri. Namun krn minimnya literatur, menjadi banyak kendala utk mengungkap itu semua. Dan ini merupakan tantangan tersendiri bagi para peneliti sejarah.
Hampir semua lapisan masyarakat sunda mengenal kujang sbg senjata tradisional mrk. Namun, tdk banyak diantara mrk yg bisa menjelaskan hal ikhwal senjata khas itu. Dan kemungkinan besar literatur tentang kujang malah berbahasa asing yg notabene dibuat atau ditulis oleh orang luar.
Fungsi kujang sbg alat atau senjata perang berlaku hingga perang kemerdekaan. Prabu siliwangi adalah salah satu tokoh pahlawan nusantara yg gigih mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Senjata kujang selalu dibawa setiap kali berangkat ke medan perang. kujang jg menjadi teman setia bagi para pembesar kerajaan pada masa itu, yg slalu terselip di pinggang.

LAMBANG KEBANGGAAN
Kujang menjadi kebanggaan masyarakat jawa barat+banten. Utk melestarikannya, senjata khas ini dijadikan perlambang lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Ini merupakan upaya pelestarian nilai2 yg terkandung di dlm nya.
Lihat saja lambang atau simbol pemerintah daerah provinsi jawa barat, universitas siliwangi, semuanya menggunakan gambar kujang. Bahkan benda tajam ini menjadi nama perusahaan pupuk & semen raksasa yaitu pupuk kujang & semen kujang. Produk pupuk & semen kujang sudah sampai ke hampir seluruh nusantara, sementara tidak banyak orang tahu bahwa nama itu diambil dari senjata tradisional khas sunda.
Penggunaan nama & lambang ini tentu krn kujang mempunyai keistimewaan. Di samping merupakan senjata khas yg tdk ditemukan di daerah lain, benda ini juga dianggap sakral oleh sebagian masyarakatnya.
Sbg senjata pusaka orang sunda, KUJANG MELAMBANGKAN KEKUATAN & KEBERANIAN UTK MELINDUNGI HAK & KEBENARAN. INILAH YG DITANAMKAN NENEK MOYANG ORANG SUNDA.
bagi masyarakat kota bogor-jawa barat, kujang tidak asing lagi, krn diabadikan menjadi tugu bogor atau yg dikenal tugu kujang. Tugu ini didirikan utk menghormati peresmian ibukota pakuan dari kerajaan pajajaran yg dipimpin Prabu Siliwangi. Sebelum diganti tugu kujang, tugu ini merupakan tugu pengembalian kota bogor dari tangan penguasa inggris ke tangan belanda pd thn 1836 yg dulu terletak di pertigaan jalan ahmad yani-sudirman ( air mancur ). Kemudian diganti & dipindah di simpang tiga jalan raya pajajaran-otista-baranang siang.
 

Wawasan Pencak silat


Pencak silat atau silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), adalah nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara.

Daftar isi

[sembunyikan]

Sejarah

Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Di Minangkabau, silat atau silek diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar, di kaki Gunung Marapi pada abad XI.[1] Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara.
Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[2] yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek. Sheikh Shamsuddin (2005)[3] berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.[4] Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual. [3]
Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. [4] . Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

Istilah dalam Pencak Silat


Silat Betawi memperagakan teknik melucuti golok.

Sikap dan Gerak

Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.

Langkah

Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.

Teknik atau Buah

Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

Jurus

Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

Aspek dan bentuk


Kesenian Randai dari Sumatra Barat memakai silek (silat) sebagai unsur tariannya.
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
  1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
  2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
  3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
  4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.
Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

Tingkat kemahiran

Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:
  1. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI
  2. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.
  3. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
  4. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Pencak Silat di dunia


Pesilat Vietnam memperagakan permainan golok.
Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.
Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.
Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.
Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.

Padepokan Pencak Silat Indonesia


Pintu Gerbang Padepokan Pencak Silat
Padepokan adalah istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan tertentu. Padepokan yang disediakan untuk belajar dan mengajar Pencak Silat dinamakan Padepokan Pencak Silat. Di Minangkabau, Sumatera Barat, tempat belajar silat dinamakan sasaran silek yang biasanya hampir dimiliki oleh setiap nagari pada masa dahulunya.
Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berlokasi di di tas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Luas total bangunannya sekitar 8.700 m2 dan luas total selasar-selasarnya sekitar 5.000 m2. Padepokan ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997.
Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi, yakni :
  1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat.
  2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubu-ngan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan pening-katan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya.
  3. Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia.
  4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan diantara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara.
  5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

Organisasi Pencak Silat

  • PERSILAT- Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa
  • IPSI - Ikatan Pencak Silat Indonesia
  • PESAKA Malaysia - Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
  • PERSISI - Persekutuan Silat Singapore
  • EPSF - European Pencak Silat Federation
Sampai saat ini Anggota Organisasi Pencak Silat yang sudah terdaftar/tercatat di PERSILAT sebanyak 33 organisasi di seluruh dunia.

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Silek Minangkabau Etalase Ribuan Filosofi Koran.Republika.com
  2. ^ Lihat Chambers dan Draeger (1979).
  3. ^ a b Lihat Shamsuddin (2005), hlm 7.
  4. ^ a b Lihat Shamsuddin (2005).

Pranala luar

 

Garut oh Garut


Tasik??? Nyusul.... hhe'