Translate

Riwayat Singkat Pencak Silat Cikalong


Bermula dari nama desa Cikalong Kabupaten Cianjur pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Cikal bakal permainan maempo (maen pohok) ini diajarkan oleh keluarga bangsawan Cikalong yang bernama Rd.H.Ibrahim dilahirkan di Cikalong 1816 dan wafat 1906 dimakamkan didesa Majalaya Cikalong Cianjur.
Sebelum menunaikan ibadah haji beliau bernama Rd. Djajaperbata yang memiliki ciri-ciri, bertubuh pendek, berbadan lebar, kekar, tangannya lancip, keningnya tidak lebar, berwatak keras dan pemberani. Jika berlatih/menghadapi lawan selalu waspada dan lebih suka menggunakan teknik bertahan. Teknik serangan yang digunakan selalu diawali dengan hindaran lalu dilanjutkan serangan beruntun tangan dan kaki. Beliau tidak saja mahir bermain dengan tangan kosong, melainkan juga dengan senjata gobang menjadi favoritnya. Permainan maempo dalam hidupnya sudah menjadi darah daging yang sukar dipisahkan. Kehebatan dan kemahiran bermain maempo Rd.H.Ibrahim banyak diceriterakan oleh penduduk tempatan secara ketuktular, salah satu diantaranya:
Konon ketika Rd.H.Ibrahim mengikuti Dalem Prawiradiredja yang lebih dikenal sebagai Dalem Marhum (wafat 1912) pergi berburu menjangan di Kecamatan Palumbon, sekarang daerah Kecamatan Mande.
Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan penduduk, memberitahukan ada seekor harimau besar di pinggir kali kecil yang sedang meraung.
Dalem Marhum bercanda sembari ngeledek; ucapnya dia bukan pendekar jikalau belum bisa mengalahkan harimau.
Mendengar ejekan Dalem Marhum, Rd.H.Ibrahim telinganya terasa terbakar, diambilnya gobang kesayangan "Salam Nunggal" yang gagangnya terbuat dari gading gajah.
Sembari berteriak aku buktikan ucapnya, beliau melangkah tenang dan meyakinkan pergi diantar penduduk ke lokasi harimau. Disaksikan banyak mata pertarungan dengan harimau ditepi kali berjalan dengan seru. Rd.H.Ibrahim mendekati, harimau merasa terdesak dan menerkam dengan buasnya. Sekali hindar dilanjutkan babatan gobang, mengenai pelipis harimau jatuh tersungkur mati ditempat. Beliau mengatakan ini pengalaman pertama dalam hidupnya, perkelaian yang mempertaruhkan hidup mati. Ucapan selamat sebagai pendekar dari Dalem Marhum penuh kekaguman, sedangkan masyarakat menceriterakan sebagai kejadian yang menakjubkan.
Keperkasaan, kesaktian sebagi pendekar Cikalong Rd.H.Ibrahim yang sampai kini melekat dihati masyarakat pencak silat di Jawa Barat. Keberhasilan diri menjadi pendekar besar yang tersohor berkat dorongan dan tempaan dari beberapa pendekar di Batavia.
Guru pertama adalah Rd.Ateng Alimudin (kakak misan) yang memperistri kakak perempuannya yaitu Nji Rd.Siti Hadijah.
Rd.Ateng Alimudin pendekar besar dari Kampung Baru Djatinegara Di Kampung Baru Rd.H.Ibrahim berlatih dasar-dasar pencak silat hingga menguasai seluruh jurus permainan Rd.Ateng Alimudin. Kecuali berlatih pencak silat beliau diajar berdagang kuda bekas milik kompeni untuk diperjualbelikan di Cianjur.
Dorongan hati untuk menguasai dan mau lebih tahu tentang pencak silat di sokong oleh kakak misannya.
Rd.Ateng Alimudin membawanya ke Kampung Karet, Tanah Abang dan memperkenalkan ke Abang Ma'rup. Permintaanya untuk mempelajari pencak silat di kabulkan, beliau dengan semangat dan tekun mempelajari permaian Abang Ma'rup. Dasar yang kuat memperpendek masa berguru untuk menguasai jurus-jurus yang diajarkan.
Kecerdasan dan ketangkasan menguasai berbagai jurus pencak silat yang baru diajarkan sangat menajubkan.(beliau mengangkat sebagai guru kedua)
Menurut keterangan ayahnya Rd.Radjadidiredja, Abang Ma'rup adalah pendekar tersohor di Batavia karena namanya yang tersohor banyak orang berdatangan dari udik ingin belajar pencak silat.
Ciri-cirinya berbadan pendek bulat kekar, permainan sangat licin sulit disentuh lawannya, jurus serangannya sering membuat lawan terpedaya.
Rd.H.Ibrahim yang bekerja sebagai pedagang kuda suatu hari membeli kuda Europa yang binal di Batavia, kuda yang baru dibeli harus diganti tapal baru, namun pande kuda tidak ada yang berani memasangnya. Menurut petunjuk beberapa orang, yang berani hanya Bang Madi di Kampung Gang Tengah.
Kuda binal itu dibawanya, Bang Madi menerima dengan senang hati atas bekerjaan yang diberikan. Dengan seribu pengalaman Abang Madi dengan tenang membuka tapal yang sudah usang dan menggantinya dengan yang baru. Ketika hendak memaku tapal tiba-tiba kuda binal itu menendang, dengan gerakan secepat kilat tendangan kaki kuda ditangkis lalu patah kaki kuda itu.
Kejadian itu terjadi didepan mata Rd.H.Ibrahim, beliau memandang peristiwa ini sangat menakjubkan.
Rd.H.Ibrahim memandangi posteur tubuh pendek dan lebar dengan perawakan muka yang sabar dan selalu merendahkan diri tak nampak sebagai pendekar pencak silat. Usut ke usut Bang Madi adalah pendekar pencak silat yang tangguh, atas seizinnya Rd.H.Ibrahim mengangkat Abang Madi sebagai gurunya yang ketiga.
Tawaran Rd.H.Ibrahim untuk memboyong Abang Madi ke Cikalong diterima, beliau mempelajari jurus-jurus permainan Abang Madi sampai mahir.
Mengikuti anjuran guru pertama dan ketiga agar Rd.H.Ibrahim menemuhi Abang Kari, pendekar tersohor yang tinggal di desa Benteng Tangerang.
Pertemuan Rd.H.Ibrahim dengan Abang Kari di Benteng diterima dengan tangan terbuka, saat itu diungkapkan niatnya untuk berguru pencak silat. Setelah tahu kedatangan Rd.H.Ibrahim untuk menuntut ilmu, Abang Kari memberi nasehat dan penjelasan tentang ilmu pencak silat bukan untuk ria, takabur atau menyakiti dan mencelakakan orang lain.
Pernyataan kesanggupan dan setia mengikuti aturan yang diberikan, Abang Kari menerima Rd.h.Ibrahim sebagai muridnya.
Diawali melakukan puasa di hari Kemis selama sehari suntuk, yang ditutup pada malam harinya. .
Bentuk upacara yang dilakukan, sesudah mandi bersih duduk bersila di atas kain kafan menghadap ke kiblat, satu sama lain saling berjabatan tangan berjanji. Rd.H.Ibrahim bersumpah setia siap menjalankan perintah dan menghindari larangan yang diajarkan oleh ajaran agama Islam dan gurunya.
Setelah usai upacara ritual, beliau mendapat pelajaran jurus permainan Abang Kari. Tepat usia 40 tahun Rd.H.Ibrahim dapat menyelesaikan ajaran pencak silat Abang Kari, namun yang dirasakan dirinya belum cukup sebagai pendekar. Keinginnya untuk menuntut ilmu kepada pendekar-pendekar besar tak pernah kunjung padam. Rasa hormat kepada gurunya tetap menjadi sandaran hidupnya dan menyatakan Abang Kari yang berpawakan tinggi besar dan dikeningnya terdapat urat yang besar, memiliki permainan serangan kaki dan tangan yang keras serta beruntun sebagai gurunya yang ke empat. Usai pengembaran menuntut ilmu pencak silat di Batavia, beliau kembali ke Cikalong.
Disela-sela waktu luangnya Rd.H. Ibrahim memadukan seluruh permainan yang dikuasai dan mengajarkan kepandaiannya kepada keluarga terdekat, murid pertama yaitu Rd. Sirot Pasar Baru Cianjur dan Rd.H. Enoh De Hoofd Pengulu Cianjur. Pada saat itu ilmu pencak silat di Jawa Barat merupakan ilmu beladiri yang dirahasiakan dan tidak mudah didapat oleh kalangan masyarakat awam. Tidak aneh rasanya jika pencak silat Cikalong hanya berkembang dikalangan keluarga bangsawan di Cikalong.
Murid-murid Rd.H.Ibrahim semakin hari semakin banyak dan mahir memainkannya. Pencak silat tumbuh terus berkembang bagaikan barang hidup seperti bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan tempat dan waktu sesuai tuntutan zamannya. Pencak silat yang dipelajari dari keempat gurunya di Batavia dan Tangerang pada dasarnya tidak mengenal musik pengiring. Didaerah Cianjur yang terkenal sebagai pusat kebudayaan Sunda, beralkuturasi dengan kebudayaan setempat.
Bentuk olahan baru pencak silat Cikalong disajikan sebagai ibing penca yang diiringi musik khusus gendang penca. Ibing penca Cikalong semakin hari banyak digemari dan terus meningkat peminatnya. Dihari perayaan hitanan atau pesta tertentu ibing penca diperagakan sebagai tontonan untuk umum. Semakin banyak penduduk mengenal keindahan gerakan permainan ibing penca yang berasal dari Cikalong dan penduduk daerah lain memberikan sebutan " Penca Cikalong". Berkat pengembangan dan perluasan perkebunan di zaman kolonial Belanda ke Jawa Timur, aliran pencak silat Cikalong terbawa oleh pekerja perkebunan yang kebayakan berasal dari daerah Jawa Barat .
By : O'ong Maryono
Sumber:
- Aliran-aliran pokok Pencak silat Jawa Barat
Dept.P&K Jakarta 1877-1978
- Sadjarah Kaboedajan Pentja
Pengharepan Bandoeng 1938
- Holidin sesepuh Panglipur
Bandung 16 Februari 1994
- Gending Raspuzi pengamat pencak silat
Bandung 12 Februari 1995
- Rd.Adang Djohar sesepuk pencak silat Cikalong
Sukabumi 7 Februari 1994
 

Sejarah aliran silat Maenpo Cikaret


Penamaan Maenpo Cikaret adalah mengaju kepada lokasi dimana maenpo ini berkembang, yaitu di desa Cikaret, Cianjur
Maenpo Kari Cikaret atau yang lebih dikenal dengan sebutan Maenpo Cikaret adalah salah satu aliran Silat yang sudah langka. Langka di sini dalam arti praktisi yang menguasai aliran ini secara lengkap bisa dihitung dengan jari.
Walaupun namanya Maenpo Kari Cikaret, akan tetapi unsur yang membentuk maenpo ini bukanlah hanya aliran Kari saja, akan tetapi ada 2 aliran lain yang membentuk Maenpo ini, yaitu aliran Sabandar dan aliran Madi.
Di dunia persilatan, istilah “Sabanda-Kari-Madi” sangatlah populer, tidak hanya perguruan silat di jawa barat saja yang memakai istilah ini di dalam slogan perguruannya, akan tetapi perguruan-perguruan di luar Jawa Barat pun memakai istilah ini.
Sabandar Kari Madi sebenarnya adalah tiga aliran silat berbeda yang berdiri sendiri. Sabandar adalah aliran silat yang mempunyai Jurus yang sangat halus, sifatnya ngarubah tangtungan atau merusak keseimbangan lawan. Kari adalah aliran silat yang sangat keras, cepat, agresif dan sangat mematikan , sedangkan madi adalah aliran silat yang terkenal dengan permainan bertahan (defense), main dalam jarak yang dekat bahkan menempel (napel) dan sasaran serang yang menuju ke titik-titik lemah dan mematikan di tubuh manusia.
Sabandar terdiri dari 5 Jurus, Kari mempunyai 9 jurus dan Kari mempunyai 6 jurus. Ke tiga aliran ini adalah rumus dasar dari bermacam-macam perguruan silat. Banyak permainan Silat yang mengandung unsur-unsur Sabandar Kari Madi, bukan mengandung jurusnya, tapi mengandung kaedah-kaedah dan filosofi Sabandar Kari Madi.
Di Indonesia banyak sekali perguruan silat yang mengadopsi kaedah Sabandar Kari Madi, tapi semuanya tidak ada yang mengenal seperti apa bentuk asli ketiga aliran ini. Beberapa perguruan mungkin ada yang mengenal bentuk asli Sabandar tapi hanya Sabandar saja, sedangkan bentuk asli Kari dan Madi, mereka hanya kenal sebatas kaedah tanpa tahu jurusnya.
Wak Dudun adalah satu-satunya pesilat yang mewarisi Sabandar Kari Madi baik secara kaidah, filosofi dan jurusnya secara lengkap, beliau mendapatkan ilmu ini langsung dari Orang tuanya, aki Oha, seorang tokoh Maenpo Cianjur yang sangat terkenal.
Awalnya Aki Oha mengajarkan jurus 12 pada Wak Dudun,seperti Aki Oha mengajar murid-murid lainnya, bukan jurus 9 (Kari). Menurut Logika wak Dudun, kalau orang terkena jurus 12, tidak akan biru-biru badannya. Kenyataan yang terjadi adalah: setiap kali wak Dudun usik napel dengan Aki Oha, badan Uwak selalu Biru-biru. Hal ini mengundang rasa penasaran di hati uwak, sehingga uwak memberanikan diri bertanya pada Aki Oha. “Pak, kenapa saya kalau kena pukulan bapak, selalu biru-biru badannya, padahal kalau pake jurus 12, gak bakalan biru badannya, ini gak masuk akal!, gimana caranya supaya kalau saya mukul orang, badan orang itu bisa biru-biru?” demikian wak Dudun bertanya pada bapaknya.
Sejak saat itulah Aki Oha mulai mengajarkan jurus 9 pada Wak Dudun. Beliau mendapatkan ajaran yang keras dari bapaknya, berlatih dari mulai ba’da Isya sampe dengan menjelang subuh, setiap hari. Bahkan untuk jurus 1 saja, uwak harus menghabiskan waktu selama 1 tahun.
Wak Dudun adalah sesepuh maenpo Cianjur yang sangat disegani lawan dan kawan. Tidak banyak orang yang belajar maenpo ke Wak Dudun, ini dikarenakan maenpo yang diajarkannya adalah maenpo yang sangat keras, ditambah dengan cara mengajar Wak Dudun yang tidak mengenal tendeng aling-aling. Uwak bilang: “Kalau mau tau rasanya sambal, maka harus makan sambal”, kalau mau tau keampuhan Kari, maka harus ngerasain gimana ampuhnya pukulan Kari. Itulah yang membuat orang-orang yang belajar ke Uwak, rata-rata tidak pernah kembali lagi. Satu lagi alasan kenapa tidak banyak yang belajar maenpo ini adalah karena Wak Dudun sangat selektif memilih murid, dan dari murid yang terpilih, hanya segelintir yang bertahan.
Mengenai murid yang sedikit ini, bukan hanya wak Dudun saja yang mengalaminya, ternyata memang sejarahnya seperti itu. Aki Oha memiliki banyak murid, tapi yang di wariskan jurus 9 hanyalah 2 orang saja, yaitu Wak Dudun (putranya) dan Kang Dindin (Keponakannya). Aki Oha sendiri adalah satu-satunya Murid dari Aki Pe’I yang mewarisi jurus 9. Sebenarnya murid Aki pe’I banyak, tapi yang mewarisi jurus 9 hanyalah Aki Oha saja. Orang-orang bilang, Aki Oha adalah anak emasnya aki Pe’i.
Jurus
Jurus Kari adalah jurus yg dominan pada kecepatan, ketepatan dan keras, namun tetap ada unsur lemas dan tenaga ujung. Jurus kari banyak bermain dengan pukulan, sikutan, dengkulan dan dengan ciri khas kuda kuda rendah. Jurus kari ini ada 9, sabandar 5 dan madi 6 jurus.
Filosofi Jurus
Cadu nyekel cadu kacekel, haram memegang dan haram kepegang. Menyiratkan bahwa pesilat kari tidak mau kepegang lawan dan tidak mau memegang lawan, pesilat Kari akan langsung menyerang pada titik2 lemah lawan.
Pengalaman pribadi guru
  • Saat itu wak dudun muda masih bekerja sebagai penjaga gudang. Datang pencoleng barang di gudang. Saat itu wak dudun abdullah sendiri dan melawan 15 orang, dan semuanya bisa di kalahkan, 8 orang tumbang, sisanya melarikan diri.
  • Tersebut seorang jawara bernama Haji X. Haji X sudah melanglang buana utk berguru dan juga dia adalah seorang pendekar juga jawara. Saat itu dia mendatangi uwak dudun utk bertukar pengalaman dan di hadapi oleh uwak dudun. Dalam napel dengan uwak dudun, Haji X kalah. Lantas ketika sudah selesai, uwak meninggalkan tempat utk mengambil air putih dan membelakangi Haji X. Tanpa disangka Haji X menyerang dengan memukul wak dudun Abdullah dengan sekuat tenaga dari belakang. Berjarak hanya, kurang lebih 2 cm dari kepala wak Dudun, tiba2 wak dudun menoleh dan seketika itu juga Haji X mental dengan jauh dan keras, sehingga akhirnya Haji X mengakui kekalahan dan menjadi murid wak Dudun Abdullah.
  • Pengalaman bertukar pengalaman terjadi lagi, saat itu wak Dudun Abdullah di datangi oleh seorang jawara silat yg memang sudah mengalahkan banyak jawara baik di jawa barat sampai banten. Namanya adalah Aki J. Dalam suatu pertemuan utk tukar pengalaman, Aki J napeul dengan wak dudun Abdullah, alih alih menggunakan jurus 3 dari Jurus andalan Aki J, malahan Aki J terkena pukulan dari jurus 2C kari-nya wak Dudun Abdullah. Rusuk yg terkena menimbilkan cedera parah yg di alami Aki J selama 2 minggu tanpa bisa bekerja (karena tidak bisa mengangkat tangan).
Pelatihan Alam atau menggunakan unsur alam
Pelatihan khusus di alam tidak ada tapi pelatihan yg menggunakan unsur alam ada beberapa, termasuk pengujian pemukulan bukan dari emukul sandsack tapi memukul batang pohon pisang, pukulan memutar seperti bentuk bor, bila pukulannya mengenai urat dari pohon itu, maka dalam bbrp hari pohon pisang itu akan mati.
Memperkuat genggaman tangan dengan menggunakan jeruk nipis . caranya adalah meremas jeruk nipis tsb sampai hancur.
Silsilah
Bang Kari (tanggerang) -> Rd. H. Ibrahim -> Aki Pe’i -> Aki Oha -> Wak Dudun Abdullah dan Kang Dindin
Sumber: Asad DKI

 

Profil Pencak Silat Cimande


Mythos maempo Cimande

Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Kahir hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama.
Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi.
Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya.
Kejadian ini detik demi detik diperhatikan dan diamati oleh Ibu Kahir direnungkan kembali teknik perkelaian itu. Sebagai akibatnya pekerjaannya tertinggal tidak terselesaikan tepat waktu, sehingga Ibu Kahir kembali ke rumah terlambat dan belum memasak makanan siang.
Keterlambatan memasak ini membuat Pak Kahir marah terhadap istrinya tak mau mengerti . Istrinya mencoba menjelaskan tetapi suaminya marah dengan menempeleng istrinya, dengan gerakan cepat berkelid , serangan itu dapat dihindari.Kemarahan yang tidak terkontrol itu meluap-luap dilakukan dengan pukulan demi pukulan namun tak berhasil menyentuh istrinya, cukup diatasi dengan gerakan kelid.
Pak Kaher nafasnya terengah-engah, bertanya kepada istrinya: "Di mana kamu belajar maen poho?" (artinya "menipu gerakan" dipersingkat menjadi "maempo"). Istrinya menjelaskan kepada suaminya , dia terlambat kembali dari sungai disebabkan lama sedang asik menikmati perkelaian (maung) macan dan monyet. Sejak itu Kahir bertanya-tanya bagaimana gerakan tadi, istrinya dengan rajin memberikan contoh gerakan kelid.
Kahir dengan cermat memulai memikirkan menjadi gerakan perkelaian yang kini dikenal dengan nama "jurus kelid pamonyet", monyet menyerang dengan tangkai kayu menjadi "jurus pepedangan" dan serangan tangan yang kokoh dikenal"jurus pamacan".
Karena posisi macan sewaktu menyerang monyet kedua kakinya sedang berada di posisi duduk dan monyet menggunakan posisi kuda-kuda rendah, maka latihan dasar Cimande pertama-tama jurus kelid dimulai dari posisi macan yaitu duduk dan tingkat berikutnya mulai latihan dari posisi berdiri dengan kuda-kuda pamonyet(rendah). Berikutnya teknik mempo' ini terus dikembangkan oleh Kahir dan masyarakat setempat memberikan nama maenpo' Cimande.
(Sumber wawancara dengan Bapak Rifai Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta 1993)
Hidup guru Kahir
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:18-19)
Kahir tinggal di kampung Cogreg, Bogor menjadi pendekar yang disegani kira-kira pada tahun 1760 pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus mempo' Cimande. Kemudian murid-muridnya menyebarkan luaskan kedaerah lainnya seperti Batavia, Bekasi, Karawang, Cikampek, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon.
Sewaktu beliau tinggal di Cogreg Bogor, Kahir sering bepergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda. Pengalamannya sering di begal oleh rampok dan bandit namun keadaan itu dapat diatasi karena kepiawaiannya bermain maempo'.
Di Batavia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat Minangkabau dan Cina yang ahli dalam dunia persilatan untuk saling mencoba dengan bertukar pengalaman. Pertemuan dengan ahli silat lain ini memberikan cakrawala untuk membuka wawasan pandangan tentang permainan yang dimilikinya berinteraksi dengan budaya lain.
Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar(1776-1813) Beliau menetapkan pindah ke Cianjur dan berdomisili di kampung Kamurang. Raden Adipati Wiratanudatar mengetahui bahwasanya Kahir mahir bermain mempo' untuk itu memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan.
Untuk membuktikan ketrampilannya, bupati mengadakan adu tanding melawan pendekar dari Cina dengan permainan kuntao Macao di alun-alun Cianjur. Pertandingan yang dimenangkan oleh Kahir ini membuat namanya semakin populer di Kabupaten Cianjur.
Pada tahun 1815 Kahir kembali ke Bogor, beliau memiliki 5 putra yaitu Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Dari kelima anak inilah Cimande disebarkan keseluruh Tanah Pasundan. Sementara di Bogor yang meneruskan penyebaran Cimande adalah muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Pada permulaan abad XIX di Jawa Barat adalah masa-masa kejayaan Cimande sehingga cara berpakaian Kahir dengan menggunakan pakaian celana sontok atau pangsi dengan baju kampret menjadi model pakaian pencak silat hingga kini.
Pada tahun 1825 Kaher meninggal dunia sedangkan buah karyanya terus berkembang dan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera' dan aliran Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem mempo'Cimande .
Dewasa ini Cimande sudah berkembang ke seluruh pelosok dunia, masalahnya Kahir meninggalkan maempo Cimande tidak berupa catatan tertulis , oral tradisi yang tidak sistimatis. Di desa Cimande, maempo' Cimande tidak berada di dalam tatanan yang terpadu seperti organisasi.
Maempo Cimande perkembang bermula dari keturunan dan keluarga yang tidak terorganisir dalam waktu yang panjang telah menghasilkan murid-murid yang banyak dan dari senilah berkembang dengan seizin atau tidak menjadi perguruan-perguruan Cimande yang baru yang satu dengan yang lain tidak aling mengenal lagi.
Setidak tidaknya Cimande menjadi bagian dasar pendidikan aliran-aliran pencak silat baru yang sudah banyak tersebar diseluruh dunia.
Pola dasar Cimande
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelaian dengan jarak jauh, yaitu pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk serang balik.
Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan dapat dengan mudah dipindah-pindah, dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk pukulan atau tendangan cepat dan tinggi, untuk mengatasinya maka diperlukan jurus agar pesilat dapat mengimbanginya.
Secara garis besar Comande dibagi dibagi dalam tatanan yaitu: Kelid Cimande, Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan jurus beladiri, sedangkan Tepak Selancar Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak).
1. Jurus Kelid Cimande
Jurus ini adalah jurus inti yang bertujuan menangkis serangan lawan dengan berusaha merobohkannya. Kelid artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merobohkannya.
Jurus ini berjumlah 33 jurus yaitu:
1.tonjok bareng,
2.tonjok saubelah,
3.kelid selup,
4.timpah seubelah,
5.timpah serong ,
6.timpah duakali,
7.batekan,
8.teke tampa,
9.teke purilit
10.tewekan,
11.kedutan,
12.guaran,
13.kedut guar
14.kelid dibeulah
15.selup dibeulah,
16,kelid tonjok
17.selop tonjok
18.kelid tilu,
19.selup tilu
20.kelid lima
21.selup lima
22 peuncitan,
23.timpah bohong
24.serong panggul,
25.serong guwil,
26.serong guar,
27.singgul serong,
28.singgul sebelah,
29.sabet pedang,
30.beulit kacang,
31.beulit jalak pengkor
32.pakala alit
33.pakala gede
Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan, seperti:
Tonjok : bentuk tangan mengepal
Teke : menggunakan ruas jari tangan
Tewekan : bentuk tangan pipih menusuk
Kedutan : menggunakan telapak tangan
Guaran : menggunakan sisi tangan bagian luar aupun dalam
Singgulan : menggunakan pangkal tangan
Secara keseluruhan gerakan jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lainnya yang pada biasanya keuatan serangan bertumpu kepada kaki seperti silat Minangkabau.
Untuk melatihnya:
Biasanya dilakukan dengan duduk ditempat, sepasang duduk saling berhadapan salah satu kaki dilipat dan lainnya dilonjorkan kedepan demikian pula pasangannya dengan posisi sebaliknya. Pasangan itu melakukan serang bela dalam posisi duduk .
Tujuan latihan ini untuk melatih daya emajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dilakukan dengan posisi berdiri. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otumatis dapat dengan mudah menggunakan kuda-kuda dan serang bela.
2. Jurus pepedangan Cimande
Jurus ini bertumpu kesigapan kaki dan teknik serangan senjata golok. Dalam latihan digunakan senjata dari bambu sebagai pengganti senjata yang sesungguhnya.
Jurus pepedangan ini berjumlah 1 rangkaian jurus yaitu elakan sebeulah - selup kuriling - jagangan - tagongan - piceunan - balungbang- balumbang - sabeulah - opat likur - buang dua kali - selup kuriling langsung - selop bohong.
3. Jurus Tepak Selancar
Jurus ini hanya disajikan sebagai keindahan gerak karena jurus jurusnya memiliki unsur keindahan dan setiap penampilannya harus diiringi musik gendang pencak yang terdiri dari dua gendang besar(indung) dan dua gendang kecil(kulantir) yang berperan sebagai pengiring gerakan dan mengatur tempo lagu. Terompet sebagai melody lagu dan gong kecil (kempul) atau bende dalam penampilannya gerakan pencak selalu ditikberatkan dengan iringan gendang.
Pakem musik yang sudah baku ialah: tepak dua, tepak dungdung , paleredan, golempang dan tepak tilu.
Calon murid dan kode etik
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Setiap calon murid Cimande yang akan mengikuti latihan terlebih dahulu harus menyatakan kesediaannya mematuhi tatacara atau etika perguruan yang amat dihormati;
Syarat-syaratnya ialah harus melalui rangkaian upacara tradisi seperti puasa selama 7 hari yang dimulai dari hari Senin atau Kamis.
Selanjutnya membacakan sumpah atau janji (Patalekan Cimande)
1. Harus taat sdan taqwa kepada Allah dan Rasulnya
2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak
3. Jangan melawan kepada guru dan ratu(pemerintah)
4. Jangan berjudi dan mencuri
5. Jangan ria, takabur dan sombong
6. Jangan berbuat zinah
7. Jangan bohong dan licik
8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat
9. Jangan jahil dan menganiaya sesama mahluk Tuhan
10. Jangan memetik tampa ijin, mengambil tampa minta,
11. Jangan suka iri hati dan dengki
12. Jangan suka tidak membayar hutang
13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai diantara sesama manusia.
14. Berguru Cimande bukan untuk gagah-gahan , kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Patalekan Cimande dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid hingga murid benar-benar memahaminya dan mematuhinya dengan dipegang tangannya oleh guru sebagai tanda kesanggupan .
Berikutnya guru membacakan do'a tawasul dan meneteskan air bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh) tradisi ini disebut upacara keceran untuk menajamkan pandangan mata.
Pada dasarnya Cimande ini berfungsi sebagai media siar agama Islam oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjahui larangannya merupakan syariat yang harus ditaati warga Cimande. Cimande merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat merugikan semua pihak. Hal ini Cimande bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Talek Cimande adalah roh dari pencaknya, tampa Talek Cimande, pencak Cimande ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang menyesakkan.

Referensi : http://www.kpsnusantara.com - by : O'ong Maryono