Berdasarkan alirannya, beladiri Pencak Silat yang ada di Jawa Barat
dibagi berdasarkan beberapa aliran. Diantaranya Cimande, Cikalong,
Syahbandar dan beberapa aliran lainnya lagi.
Pencak Silat Cimande untuk pertamakalinya disebarkan oleh Sakir
penduduk Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Sakir adalah salah seorang
tokoh Pencak Silat, serta ilmu kebatinan Sakir dikenal "luhung elmu"nya.
Karenanya, Sakir sangat disegani masyarakat. Penduduk setempat
menganggap Sakir sebagai orang tua mereka sendiri.
Banyak pula muridnya yang sengaja belajar Pencak Silat. Pada saat itu
yang memerintah Kabupaten Cianjur ialah Bupati R. Aria Wiratanudatar II
sebagai Bupati yang ke V dari keturunannya. R. Aria Wiratanudatar II
juga dikenal dengan sebutan Dalem Enoh, memerintah Kabupaten Cianjur
antara tahun 1776-1813. Setelah diketahui Dalem, diangkatlah Sakir
menjadi guru Pencak Silat dan keamanan di Kabupaten. Diantara muridnya
yang termashur ialah putra dalem Enoh yang bernama R. Wiranaga yang
mendapat julukan Aria Cikalong.
Menurut para ahli sejarah di Kabupaten Cianjur, selain R. Wiranagara
terdapat pula R. Obing Ibrahim dan R. Haji Ipung Prawirasudibja.
Merekalah yang menerangkan, bahwa pada tahun 1780 Sakir pernah dicoba
kemahirannya dalam Pencak Silat dengan orang Cina dari Macao bertempat
dialun-alun Cianjur dan pada kesempatan itu Sakir yang menang.
Pada tanggal 2 April 1812 R. Aria Wiratanudatar II atau lebih dikenal
dengan nama R. Enoh meninggal dunia. Beliau meninggalkan 3 orang putra
yakni : Aria Wiranagara yang lebih dikenal dengan nama Aria Cikalong, R.
Natanagara yang setelah menunaikan Ibadah Haji lebih dikenal dengan
nama R. Haji Muhamad Tobri dan Aom Abas yang kemudian menjadi Bupati
Limbangan.
Untuk selanjutnya, Sakir dibawa pindah oleh R. Aria Natanagara ke
Bogor. Oleh Bupati Bogor Sakir diangkat menjadi pengawal Bupati. Selama
Sakir mengabdi pada Bupati Bogor, beliau bertempat tinggal di Cimande
(Kabupaten Cianjur). Karena itulah Pencak Silat yang diajarkan dan
disebarkan oleh Sakir disebut Pencak Cimande.
Menurut cacatat yang diperoleh, tersebarnya Pencak Cimande di Cianjur
hanya sampai tahun 1813. Namun kemudian pada tahun 1819, pencak Cimande
ini tersebar di Cianjur sebelah Selatan. Penyebaran Pencak Cimande ini
dilakukan oleh putra-putra dan murid-muridnya Sakir. Mereka menyebar ke
daerah Cianjur sebelah Selatan dan Garut Selatan khususnya di
daerah-daerah perkebunan sebagai sasaran operasionalnya. Hal ini
berlangsung sampai tahun 1930. Setelah penyebaran Pencak Cimande,
disusul pula dengan Pencak Cikalong dan Syahbandar yang disebarkan oleh
para putra dan murid R. Haji Ibrahim dari Cikalong.
Adapun yang menciptakan serta mengkreasikan Pencak Cikalong adalah .
R. Haji Ibrahim turunan ke 9 dari Dalem Cikundul, Majalaya Kecamatan
Cikalong Kulon. Ayahnya adalah R. Rajadireja, yang lebih dikenal sebagai
Aom Raja, dan kakeknya adalah R. Wiranagara yang lazim disebut Aria
Cikalong.
R. Haji Ibrahim dilahirkan pada tahun 1816. Keahlian dalam Pencak
Silat diperolehnya pula dari leluhur kakeknya yang merupakan murid
terpandai dari Sakir.
R. Haji Ibrahim mulai belajar Pencak dari R. Ateng Alimudin seorang
putra Tubagus Kosim, yang merupakan keturunan ke 13 dari Sultan
Hasanudin (Banten). R. Alimudin menikah dengan R. Siti Hadijah, ipar
dari R. Haji Ibrahim. Sebenarnya R. Haji Ibrahim bukan hanya berguru
kepada R. Ateng Alimudin saja, tetapi dalam melengkapi pengetahuannya
tentang Pencak, R. Haji Ibrahim berguru pula pada Abang Ma’rup, Abang
Madi, Abang Kari dan beberapa pendekar Pencak Silat lainnya.
Menurut catatan R. Haji Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1906 dalam usia 90 tahun.
Menurut R. Obing Ibrahim salah seorang murid R. Haji Ibrahim, yang
seolah olah bersembunyi agar tidak diketahui umum. Ada keistimewaan
lainnya yang dimiliki oleh R. Haji Ibrahim yakni beliau tidak mau
dibayar hasil jerih payahnya mengajar. Namun ajaran Pencak Cikalong
hanya diberikan kepada orang-orang terbatas yang benar-benar
melaksanakan persyaratannya, yakni taat dan taqwa kepada guru, taat dan
taqwa kepad ratu, dalam hal ini pemerintah, taat dan taqwa kepada ayah
dan ibu, taat dan taqwa kepada agama.
Disamping sebagai syarat mutlak bagi para murid Pencak Cikalong,
diusahakan agar para muridnya tidak hidup sendiri-sendiri, tidak
ditunggangi rasa kontradiksi dan merasa lebih tinggi daripadaa golongan
lainnya. Syarat lainnya, ialah bahwa setiap muridnya harus
menginsafinya, bahwa Pencak Silat yang lahir dan berkembang di Jawa
Barat, masih merupakan satu sumber dan satu saluran dari yang pertama.
sumber : www.tadjimalela.netfirms.com || http://silatindonesia.com/2009/08/sejarah-pencak-silat-di-jawa-barat/
Penjelasan Singkat
Sejarah Silat Cimande
Semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo
Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher,
Kahir, Kair, Kaer dsb. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau
dalam bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering
diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia
belajar Maenpo. Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:
1. Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama
meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan.
Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah
Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad
17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor,
Cianjur, Bandung, Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau
sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang
berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak
menemukan istrinya ada di rumah… padahal saat itu sudah menjelang sore
hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore.
Beliau menunggu dan menunggu… sampai merasa jengkel dan khawatir…
jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai
menjelang tengah malam istrinya belum datang juga.
Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa
khawatir… yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada
istrinya… “ti mana maneh?” (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu
istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi
istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer
kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan
mencoba terus memukul… tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah,
semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah
Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya… dan bertanya kembali
ke istrinya dengan halus “ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun
bisa Ulin?” (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa “Main”?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke
sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi
dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet memegang ranting pohon.) Saking
indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan
akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu
dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet
banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia
mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri
baru berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub
oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun
berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai
semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.
Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah
apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet
itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan beliau. Ia
berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia
takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam
suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang
kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan
semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah beliau membangun
reputasinya di dunia persilatan.
Jurus yang dilatih:
1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang
“black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku
menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan
guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya gini. ).
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang
mengajarkan jurus ini, dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di
Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur panjang, kesehatan dan murid
yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa
dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande
sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur Selatan oleh
pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa
perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo
Cimande selalu menjawab “ti indung” (dari ibu), karena memang mitos itu
mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu
perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya
kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer
mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut
sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari,
Sahbandar, dll). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf
Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang
kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih
Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk,
jaman penjajahan Belanda), dll.
2. Versi Kedua Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli
maenpo dari Kampung Badui. Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah
Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di
Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu
perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan
Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di
Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat
itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan
hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan
kematian.
Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan
“pengotoran” akan kesucian tanah Badui. Karena itu, pimpinan Badui
(biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung
Badui, dengan berat hati… Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung
Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga
rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta
untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui
(Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke
orang luar, jangankan melatih… menunjukan pun tidak boleh. Satu hal
lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga
tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji
hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan.
Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan
menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau
mereka memberi barang… misal beras, ayam, gula merah atau tembakau
sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru
tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah
Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb).
Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah
Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan
sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi
paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca
Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di US oleh orang
Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.
3. Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang “sedikit” ada bukti-bukti tertulis dan tempat
yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau
di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini
tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang
menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya
dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana “leluhur” dalam
bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri
terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini… apakah hasil perenungan
sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut… tepatnya
di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini… Abah Buyut,
Abah Rangga, Abah Khaer, dll.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya),
sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu
perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok…
tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam
seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer
ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar
jurus dengan beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan
kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah
Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima
kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah
membentuk sebuah aliran yang dasyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria
Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang
Bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di
Cianjur dan bekerja sebagai “pamuk” (pamuk=guru beladiri) di lingkungan
Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3
orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria
Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi
Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah
Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena beliaulah yang merupakan salah
satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang
“menciptakan” aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer
pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di
Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande
sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri
memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka
inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang
menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.
http://www.kupload.com/out.php/i5010_AbahKhaer.JPG. Dan ini adalah
gambaran dari salah seorang anak Rd. Aria Wiratanudatar VI, yaitu Aom
Abas, yang setelah menjadi Bupati di Limbangan Garut juga bergelar Rd.
Aria Wiratanudatar.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma
digambarkan bahwa beliau: “selalu berpakain kampret dan celana pangsi
warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah,
digambarkan bahwa ketika beliau “ibing” di atas panggung penampilannya
sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang
berisi dan terlatih baik, ketika “ibing” (menari) seperti tidak mengenal
lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak
kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak
panggung, gerakannya selaras dengan kendang (“Nincak kana kendang” –
istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus
diperbincangkan.” (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari
Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah
Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa Sunda, pengarang Rd Memed
Sastradiprawira).
Cat: lain kali saya posting soal apa itu pangsi dan kampret seperti yang
dipakai Abah Khaer yang diduga mempengaruhi cara berpakain
pesilat-pesilat sekarang terutama dari Sunda.
jurus-jurus silat cimande
1. Jurus Kelid Cimande.
1.tonjok bareng,
2.tonjok saubelah,
3.kelid selup,
4.timpah seubelah,
5.timpah serong ,
6.timpah duakali,
7.batekan,
8.teke tampa,
9.teke purilit
10.tewekan,
11.kedutan,
12.guaran,
13.kedut guar
14.kelid dibeulah
15.selup dibeulah,
16,kelid tonjok
17.selop tonjok
18.kelid tilu,
19.selup tilu
20.kelid lima
21.selup lima
22 peuncitan,
23.timpah bohong
24.serong panggul,
25.serong guwil,
26.serong guar,
27.singgul serong,
28.singgul sebelah,
29.sabet pedang,
30.beulit kacang,
31.beulit jalak pengkor
32.pakala alit
33.pakala gede
2. Jurus Pepedangan Cimande.
- elakan sebeulah
- selup kuriling
- jagangan
- tagongan
- piceunan
- balungbang
- balumbang
- sabeulah
- opat likur
- buang dua kali
- selup kuriling langsung
- selop bohong.
3. Jurus Telapak Selancar.
Leluhur cimande
Yang sudah meninggal dan terletak di Kabupaten Bogor :
.
1. Embah Haji Abdullah Somad (Ayah Otjod)
2. Embah Atje (Ayah Atje)
3. Embah Rangga (Eyang Rangga)
4. Embah Ursi (Ayah Ursi)
5. Embah Karta Singa
.
Yang sudah meninggal dan terletak di Kota Madya Bogor :
1. Embah Khoer (Embah Khair) – Tanah Sareal Bogor (Kebun Raya)
2. Embah Dato – Bantar Jati Kaum
3. Embah Djapra – Kebun Raya Bogor
4. Embah Dalem – Batu tulis Bogor
5. Embah Jair – Bantar jati timur – Bogor
.
Di Kecamatan Semplak :
.
1. Embah Raden Harun Semplak Kaum
.
Di Kaum Pandak :
.
1. Embah Raden
.
Di Pelabuhan Ratu :
.
1. Embah H. Wali Sakti Kodratullah (leluhur Sukawayana)
2. Embah Genter Bumi
3. Embah Sukmawijaya
4. Embah Angka Jaya Sakti
5. Embah Rembang Karang Hawu
6. Embah Angguh
7. Eyang Sungsang Layang Laut Kidul
.
Di Kab. Cianjur :
.
1. Embah Dalam Cikundul Wiratanudatar
2. Aom Djamhur
3. Abah Sera
4. Abah Madi
5. Abah Kardi
6. Abah Kalong
7. Abah Kando
.
Di Kab. Sumedang :
.
1. Embah Djaka Raksa
2. Embah Djoko Perkasa
.
Di Kab. Garut :
.
1. Sunan Rahmat Leuweung Sancang Gadog Suci (Prabu Kean Santang)
2. Abah Madi
3. Abah Kari
4. Syah Abdul Muhyi – Pamijahan Tasikmalaya – Garut – Gosong Suci – syeh Djafar Sidik
.
Di Kab. Cirebon :
.
1. Susuhunan Kasepuhan
2. Susuhunan Kenoman
3. Susuhunan Cirebonan (Sunan Kecirebonan)
4. Syeh Syarief Hidayatullah (Syeh Mudaim)
5. Syeh Saikodirjaelani
6. Nyi MAs Panatagama
.
Di Seda Palembang :
1. Pangeran Maulana Muhammad
2. Pangeran Basisir
.
Di Banten :
.
1. Maulana Hasanudin – Mesjid Agung
2. Maulana Yusuf – Kasuniatan
3. Maulana Mansyur – Cikaduan
4. Syeh Asnawi – Caringin Labuhan Banten
.
Di Madura :
.
1. Maulana Malik Ibrahim – Bangkalan (Madura)
2. Maulana Magribi – Pemakasan
.
Guru – Guru Cimande
.
1. Abah Haji Gaos (Abah Encun) – Tari Kolot Cimande Girang
2. Abah Haji Miftah – Tari Kolot Cimande Girang
3. Abah Haji Karim – Tari Kolot Cimande Girang
4. Abah Haji Komar – Tari Kolot Cimande Girang
5. Abah Holili -Tari Kolot Cimande Girang
6. Abah Haji Lukman (Abah Enang) – Pasir Muncang
7. Abah Boim ( Cisempur)
8. Mang Sobari – Cisalada
9. Abah Hasbuna – Ciangsana
10. Abah Syafei – Kebon Pedes
11. Bapak Kyai Djasmani – Pandeglang
12. Bapak Kyai Moch, Yusuf – Batu Bandar Banten
13. Abah Sidik Bin enos – Tari Kolot Cimande
14. Abah Ayub Bin H. Abdul Rosyid – Cisaladana
15. Abah Haji Acih Jarkasih – Tari Kolot Cimande
16. Abah Open – Kebun Pedes
17. Abah Husin – Bojong Menteng
.
Catatan : Tentang leluhur Cimande ini dikutip dari buku catatan tahun
1961 dan disusun oleh Guru Besar Padjadjaran Cimande, Bapak H. Tb.
Djamhari pada tanggal 14 September 1971.
sumber : http://padjadjarancimandepusat.blogspot.com
Silat Syahbandar
Silat Syahbandar di Indonesia banyak di kenal dengan banyak sebutan,
diantaranya banyak yang menyebutnya Gerak Sabandar, Gerak Panca Tunggak,
Jurus Lima. Dan Silat Syahbandar saat ini menjadi dasar / aliran dari
berbagai Perguruan Pencak Silat di Indonesia.
Asal muasal dari Silat Syahbandar ini berawal dari seorang Pendekar
Silat dari Pagaruyung, yaitu Moh. Kosim Ama Sabandar yang di lahirkan
pada tahun 1766 di pagaruyung (Minangkabau Timur) dan meninggal pada
tahun 1880 dan dimakamkan di wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Bahwasanya dalam aliran2 silat Minang terdapat aliran silat tenaga
dalam, beliau menyebutnya lebih tepat dengan istilah tenaga batin. Di
Minang metode tersebut dikenal dengan nama Ilmu Gayung. Ilmu Gayung ada
dua jenis yaitu Gayung Lahir dan Gayung Batin (gayung bersambut dan
gayung tak bersambut ). Silat Minang itu dirangkum dari 4 aliran : –
Silat Harimau Campo, yg berasal dari Champa – Silat Kucieng Siam, yg
berasal dari Siam – Silat Kambieng Utan, yg berasal dari Bhutan – Silat
Anjueng Mualiem , yg berasal dari Persia. Yang kemudian oleh Nini Datuk
Suri Dirajo dipoles dan disempurnakan menjadi Silek Tuo pada sekitar
tahun 1190 M. … Next …
SEJARAH PERSILATAN JURUS LIMA
Persilatan Jurus Lima atau yg biasa dikenal dengan Jurus Syahbandar
dikenal dengan beberapa nama antara lain; Langkah Empat(langkah ampek),
Jalan lima, Gerak Anu Opat Kalima Pancer, Gerak Sabandar, Gerak Asror,
Gerak Panca Tunggal,dll.
Dahulu dikenal sebagai kepandaian atau kelihaian dari Moh. Kosim Ama Sabandar , berasal dari Pagaruyung Sumatra Barat.
Sementara itu menurut penyelidikanku secara langsung ke Bukit
Tinggi-Padangpanjang-Batusangkar, yg mana dalam hal ini aku sangat
dibantu sekali oleh Bpk.Drs.Mid Djamal
(Dosen ASKI Padangpanjang) . Aku mendapatkan banyak keterangan yang
menarik tentang aliran2 silat/pentjak Minangkabau. Berhubung Beliau
adalah jg penulis dari sebuah buku yang berjudul “Aliran2 Silat
Minangkabau”.
Bahwasanya dalam aliran2 silat Minang terdapat aliran silat tenaga
dalam, beliau menyebutnya lebih tepat dengan istilah tenaga batin. Di
Minang metode tersebut dikenal dengan nama Ilmu Gayung. Ilmu Gayung ada
dua jenis yaitu Gayung Lahir dan Gayung Batin (gayung bersambut dan
gayung tak bersambut ).
Silat Minang itu dirangkum dari “4 aliran” :
- Silat Harimau Campo, yg berasal dari Champa
- Silat Kucieng Siam, yg berasal dari Siam
- Silat Kambieng Utan, yg berasal dari Bhutan
- Silat Anjueng Mualiem , yg berasal dari Persia.
Yang kemudian oleh Nini Datuk Suri Dirajo dipoles dan disempurnakan menjadi Silek Tuo pada sekitar tahun 1190 M.
RIWAYAT HIDUP MOH.KOSIM AMA SABANDAR
Dilahirkan pada tahun 1766 di Pagaruyung (Minangkabau Timur),
meninggal pada tahun 1880 dimakamkan di Wanayasa, Purwakarta,
Jawa-Barat. Berarti umurnya mencapai 114 thn.
Menurut keterangan dari Bpk.Letkol Ckh. Abdur Rauf,SH ( Sesepuh
Pusaka Paguron Cikalong / PPC / Cianjur) Beliau pernah mendengar
keterangan dari para Sesepuh Cikalong terdahulu bahwasanya Moh Kosim itu
diusir dari Pagaruyung karena mengajarkan Silat Pusako kepada orang
kebanyakan / masyarakat awam yg bukan Bangsawan atau keluarga kerajaan.
Diceritakan pula pada masa itu, beliau Moh Kosim adalah seorang pemuda bangsawan
Yang punya kegemaran berlomba perahu dengan orang kebanyakan, pergaulannya sehari-hari sangat dekat dengan masyarakat bawah.
Apalgi masa itu banyak terjadi ketidak adilan dan kesemena-menaan yg dilakukan oknum2 penguasa kerajaan terhadap rakyatnya.
Sehingga atas dasar itulah mengapa seorang pemuda bangsawan kerajaan,
menjadi terketuk hatinya untuk mengajarkan pusako pentjak, yang menjadi
symbol kebanggaan yg sangat diimpi2kan setiap pemuda minang. Sehingga
semakin ramailah para pemuda minang yang belajar pentjak, dan hal ini
kemudian menjadi santer terdengar pihak oknum2 kerajaan yg menjadi
terganggu dan merasa khawatir terancam secara tak langsung, karena mulai
menyebabkan perlawanan secara tak langsung dari masyarakat.
Kemudian akhirnya terjadi perselisihan paham antara Moh Kosim dengan
keluarganya yaitu mengenai masalah “peraturan pentjak”. Moh Kosim
dianggap keluarganya telah menyalahi peraturan, karena tak boleh
mengajarkan pusako kepada orang kebanyakan.
Dan karenanya ( juga akibat fitnah dan gosokan dari oknum penguasa )
diambillah keputusan hukuman baginya, diusir dari Pagaruyung.
Sehingga pelajaran pentjak kepada orang kebanyakan menjadi tak selesai
dan tak sempurna, sehingga bukan merupakan ancaman lagi bagi oknum
penguasa untuk melanjutkan penindasanya kepada kaum lemah.
Dalam kepiluan hatinya terusir dan pergi meninggalkan kampung halamannya, Moh Kosim naik kapal kompeni, menuju ke Batavia.
Di kapal terjadilah suatu kejadian yang tidak diduga, entah karena sebab
apa, terjadilah pertarungan antara Moh Kosim melawan salah satu jagoan
kompeni. Dengan hanya satu kali gerakan saja , pecahlah kepala jagoan
kompeni itu dihantam memakai lutut kaki.
Diceritakan selanjutnya sesampainya di Batavia, Moh kosim
terlunta-lunta tak punya kegiatan dan pekerjaan berjalan tanpa arah dan
tujuan mengikuti langkah kaki saja sehingga akhirnya sampailah di suatu
tempat Desa Karang Tengah Cianjur.
Disanalah beliau ada yg memanggilnya, yaitu pemilik perkebunan / tuan
tanah , R.H.Enoch untuk dipekerjakan sebagai centeng menjaga danau dan
perkebunan kelapa.
Kemudian saat menjalankan tugasnya inilah terjadi lagi pertarungan
berkali-kali antara pemuda minang ini melawan gerombolan perompak dan
pengacau, yang selalu berakhir dengan tewasnya para perompak tersebut.
Menjadi berita yg menggegerkan dilingkungan tersebut sehingga menjadi
perhatian R.H.Enoch.
Memanglah dari sejak awal RH Enoch memanggil Moh Kosim, telah melihat
ada sesuatu yang lain dari sikap tutur bahasa dan penampilannya. Dan
peristiwa demi peristiwa yang terjadi di perkebunan telah memancing RH
Enoh untuk menanyakan siapakah sebenarnya Moh Kosim.
Sehingga terbukalah jati diri seorang Pemuda Bangsawan Dari Pagaruyung.
Dan menurut keterangan selanjutnya, atas dasar inilah kemudian Moh Kosim
diangkat mantu dinikahkan dengan puteri RH Enoh. Dan juga RH Enoh ikut
mempelajari pentjak minang, serta Moh Kosim dijadikan sebagai guru
pentjak untuk mengajarkan kepada sanak kerabat RH Enoh.
Mengenai postur tubuh perawakan Moh Kosim ialah dikatakan sebagai
jangkung tinggi gede , tatapan mata dan pandangannya agung, berdada
bidang tegap, dan tubuhnya kuat luar biasa. Adat tabiatnya sabar, sangat
welas asih jika mengajar silat dan menghadapi murid-muridnya. Namun
sangat teguh,tegas,dan sangat keras bila menghadapi bahaya dan
menghadapi perusuh pengacau.
Dan dikatakan lagi sangat tinggi ilmu kebatinannya.
Bila melaksanakan pentjak tak pernah berlaku curang, jk berlaku demikian
Lagi pasti akan banyak yang celaka dan mati karena ulahnya.
Bila mengajarkan pentjak kepada murid2nya, berhubung keadaan fisik
dan tenaganya yang sangat terlalu keras, maka beliau mengajarkannya
secara lemes.
Karena kemasyhuran namanya inilah dikatakan menjadi sebab tertariknya
Abang Kari dan Abang Mahdi serta Mbah Khaer untuk saling ber
“Silaturrahmi”
Dalam artian saling “bersilat”. Dan ini kejadiannya diceritakan sangat
tak masuk akal, ada yg mengatakan terjadilah pertarungan diantara sesama
mereka selama 3 hari berturut-turut, bahkan ada yang mengatakan sampai 7
hari.
Dan kesudahannya, “tiada yang kalah dan tiada yang menang”.
Dan menjadi penyebab terjalinnya persahabatan persaudaraan yg erat diantara mereka.
SPESIFIKASI MANFAAT, FILOSOFIS, JURUS LIMA SYAHBANDAR.
Sebenarnya , masih banyak misteri yang melingkupi jurus lima Syahbandar.
Berikut ini adalah penjelasan sedikit2 dari hasil dialog kepada beberapa
orang pendekar Syahbandar yang kemudian (mohon maaf) diramu berdasarkan
pencerahan penulis pribadi yg didapat dari kemurahan Allah SWT.
Saya menghimbau kepada seluruh praktisi dan penerus syahbandar untuk
menghayati jurus lima dalam latihannya, merenungkannya,
mendiskusikannya, dan ikut mencari pemecahan misteri jurus lima
Syahbandar. Mudah-mudahan hal tersebut akan menambah kemajuan bagi diri
dan perguruan untuk pengamalan di masyarakat dan sambil terus menerus
memohon ridho Allah.
Perlu diketahui bahwa saat ini di Jawa Barat saja banyak sekali para
Pendekar Syahbandar yang hanya memakai jurus lima saja sebagai
pegangannya dan juga pengajarannya. Bahkan, bila kita ingin dan kemudian
minta diajarkan jurus lima tersebut akan sangat susah sekali
mendapatkannya.
Bila kemudian telah didapat, kemudian belajar jurus2nya selanjutnya
kita akan dibiarkan dalam kebingungan bagaimana cara untuk
mempraktekannya dan memanfaatkannya dalam perkelahian. Atau bila dirasa
sudah mendapatkan pencerahan akibat latihan dan praktek lapangan, dan
sering kali timbul sesuatu berupa keanehan dan keajaiban. Kemudian
terjadi pertentangan nurani, bagaimana kok bisa terjadi keanehan, apakah
ada peran serta jin didalamnya ataukah memang hasil latihan tenaga
murni manusia?,
Mungkin untuk sementara dapatlah diambil kesimpulan adalah bahwa semakin didalami
Jurus lima itu semakin kita merasakan banyaknya rahasia dan misteri yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu sebaiknya kita syukuri saja akan nikmat anugerah Allah
ini, bila kita berhasil menemukan sekelumit manfaat dan pencerahannya,
semoga dengan itu Allah SWT berkenan untuk membimbing kita dan
memberikan ridhoNya kepada Jati Diri kita masing-masing.
JURUS KESATU SYAHBANDAR
Dikenal juga dengan istilah Keupeul, atau jurus Pancer. Maksudnya
adalah jurus ini merupakan inti dari semua jurus. Jurus ini adalah jurs
Isi Pengisian. Dari jurus inilah kemudian menjadi jalan bagi jurus yg
lainnya. Dengan rumusan kata-katanya adalah Isi Satu salurkan
Dua-Tiga-Empat-Lima. Atau Isi Satu salurkan Dua, tarik Tiga, liliwatan
empat, angkat jatohan Lima.
Jurus Satu menjadi inspirasi jurus lainnya adalah demikian. Bila kita
memohon kepada Allah SWT maka kita tengadahkan kedua tapak tangan
keatas seperti berdo`a, saat itu rasakanlah kita mendapat suatu getaran
yang kemudian kita ambil dengan menariknya perlahan posisi tapak tangan
menjadi mengepal menuju kedada, dan turun sedikit kearah perut. Inilah
yg disebut kejadian jurus satu dan pengisiannya. Pengisian getaran
Ilahiah.
Dalam keterangan ma`rifat dijelaskan, jika memang sudah meresap maka
jurus satu ini akan mampu menimbulkan bentuk lapisan hijab mencapai
11.000 hijab kedepan belakang kanan dan kiri (lebih kurang mencapai
radius 220m)
Dan dari sinilah kemudian sering terjadi pencerahan2 fisik maupun
batin, yg kemudian dalam prakteknya dibuktikan, hasil melatih focus
jurus ini (minimal 100x ulangan)
Selama 7 hari berturut-turut, akan mampu untuk menjadi tahan pukul, tahan sakit, tahan tendangan,tahan bacokan.
JURUS KEDUA SYAHBANDAR
Jurus kedua ini terjadi dari akibat melaksanakan jurus Satu secara
terus menerus rutin. Prosesnya demikian , bila kita terus menerus
mengisi diri, maka diri kita akan penuh dengan getaran. Getaran ini akan
luber dan mencari jalan untuk keluar/mengalir (mirip ya dengan porinsip
Hukum Thermodinamika II). Proses penyaluran inilah yang menjadi jurus
Kedua Syahbandar. Dan ini sangat sesuai dengan prinsip2 “Menerima maka
berakibat akan memberi” atau “Memberi maka berakibat akan menerima”.
Apa-apa yang kita dapatkan maka kita amalkan, apa-apa yg kita terima ada
diantara bagian itu yg harus disedekahkan. Jadi hidup kita ini jangan
menjadi orang yg menerima saja, tapi harus juga memberi.
Jurus kedua ini juga merupakan sikap mental Tauhid, yaitu dari sikap meolak kemungkaran, kejahatan, dll.
JURUS KETIGA SYAHBANDAR
Jurus ketiga ini terjadi seperti pada prinsip yg telah diterangkan
pada jurus kedua yaitu bahwa bila kita memberi maka berakibat kita akan
menerima atau menarik imbalannya. Karena kita juga butuh penerimaan.
Namun jurus ketiga ini dalam praktek dapat disebutkan sebagai pancingan
Sebagai jurus yg menyembunyikan jurus yg lain/ yg disembunyikan keluarnya
Dan dapat menjadi jurus eksekusi.
JURUS KEEMPAT SYAHBANDAR
Jurus ini dikenal sebagai liliwatan. Inilah dalam aplikasi beladiri
yg paling banyak dikembangkan dan digabungkan kepada Kari dan Mahdi.
Keunikan jurus ini ialah dalam prakteknya mampu untuk manipulasi tenaga
lawan bukan dengan tenaga kita, melainkan dengan tenaga lawan itu
sendiri melalui prinsip meliwatkan. Dan menimbulkan ketidakseimbangan
pada gerakan lawan.
Terjadinya jurus empat ini adalah akibat dari gerakan2 tarik tolak-tolak tarik,
Menimbulkan perputaran energi atau gerakan2 memutar/melingkar/rotasi.
JURUS KELIMA SYAHBANDAR
Jurus ini dinamakan juga dengan istilah angkat junjung. Terjadinya
jurus ini bisa dilihat dari fenomena daya liliwatan/perputaran. Untuk
gerak rotasi itu terbagi dua. Seperti pada sentrifugal dan sentripetal.
Maksudnya akibat dari gerakan putar menyebabkan arah perputaran naik
keatas(layaknya angin puting beliung). Atau gerakan putar yang
menjatuhkan/menarik kebawah (layaknya pusaran air).
Pada gerakan yang kelima inilah kemudian diambil maknya akan filosofi
peningkata iman dan taqwa dan bukannya peningkatan keatas menjadi
sombong, angkatlah derajat, martabat diri dan orang lain.
Jurus kelima menjadi makna pujian, jika kita mengangkat-angkat
(memuji) orang, yang berakibat oramg itu jadi sombong, mk akan dimakan
oleh siapa saja yang tak akan tahan melihat kesombongannya. Inilah makna
jurus kelima untuk memberi pelajaran kepada orang-orang yg zholim.
KLASIFIKASI,PENERANGAN,TARGET,&PERKEMBANGAN JURUS LIMA
1.Jurus Syahbandar
-Jurus Tunggal:
-Jurus tunggal Pancer (yaitu jurus 1)
-Jurus tunggal tolak (yaitu jurus 2,4,5)
-jurus tunggal tarik (yaitu jurus 3)
-Jurus Gabungan:
-Gabungan lima inti
-Gabungan lima inti acak
-Syahbandar Kari Mahdi Keras (17 jurus)
-Syahbandar Kari Mahdi Halus (21, 22, 25, jurus)
-Tangtung Alif
-Jurus Rasa:
-Gerak Rasa Sejati
-Silat Sejati
-Gerak Hadiran
-Gerak Ma`rifat
2.Variasi Langkah Kaki:
-Langkah hentak (sisi luar telapak)
-langkat sered gusur
-langkah seret C
-langkah seret hentak
-langkah kesot
3.Pernafasan:
-nafas tahan pada perut (prinsip Hu-Allah)
-nafas tahan pada dada dan perut
-nafas tolak pada dada dan perut
-tembakan sanalika
4.Inti Kekuatan / Tenaga
Sangat diyakini oleh para praktisi dan guru Syahbandar bahwa manusia itu
kelemahannya pada perut, tetapi justeru kelebihan/kekuatan tenaga juga
terdapat dari perut.
5.Etika Syahbandar
Ilmu Syahbandar diajarkan melalui proses ikatan bathiniah antara guru dan murid.
Tidak bisa dipelajari sendiri tanpa petunjuk guru, kecuali mendapat Wisik langsung
Dari Allah SWT, melalui Ruhaniah Guru2 terdahulu..
Para praktisi Syahbandar sejati tidak akan pernah berniat untuk
secara sengaja merusak dan membunuh lawan. Tetapi berusaha untuk
mengikuti ajaran luhur Syahbandar yaitu
“Menjatuhkan lawan untuk menyadarkannya”.
Oleh karena itu jika terpaksa akhirnya terjadi kerusakan dan kematian,
maka kembalikanlah kesadaran prinsip kepada Surah Al Anfal:17
Yang artinya:
“Dan sekali-kali bukanlah engkau yang membunuh tetapi Akulah Allah yang
membunuh, dan sekali-kali bukanlah engkau yang melontar tetapi Akulah
Allah yg melontarnya.”
Dan kita harus meyakini bahwa tenaga dalam/tenaga batin itu adalah dari Allah, milik Allah, dan untuk jalan Allah.
Apa-apa yang kita lakukan dalam rangka memperoleh, memanfaatkan, dan
merawat tenaga dalam itu hanyalah sekedar syareat saja, hakikatnya
adalah kembali kepada Allah saja.
Seorang murid jika telah dirasa cukup pelajaran jurus2nya, maka akan
mendapatkan restu dari guru yaitu berupa “pengisian” (pembangkitan Rasa)
melalui do`a2, atau langsung antara guru dan murid melakukan
“jual-beli” (jajal rasa) dan ririungan selamatan
Setelah sebelumnya itu disarankan kepada murid untuk berpuasa sunnah lillahi ta`ala.
6.Zikir
Aurod Rahasia
Yaitu bacaan dalam bentuk Ayat dan Mantera, yg isinya menyangkut inti rahasia gerak
Dan jalannya tenaga khas Syahbandar
Zikir Bergerak,
zikir bergerak ialah bacaan asma` yg dibaca dalam hati tatkala melaksanakan jurus;
- Zikir Asmak Lima
- Zikir Khofi
- Zikir Nafi Itsbat
- Zikir Ismuz Zat
- Zikir Khos Sirri
7.Target Syahbandar
Target Fisik:
Menguasai dan mendapatkan Sanalika, sesuai pemahaman dan kondisi masing-masing.
Target Batin:
Penguasaan Rasa dan Tangtungan Alif
Jati Diri:
Menemukan bentuk geraknya dan jalannya diri sejati dalam rangka pengamalan untuk mendapatkan ridho Allah semata.
8.Sasaran tembakan Syahbandar
Sasaran khusus:
- rangkai jantung, – rangkai limpa, -rangkai hati
Sasaran umum:
- Paru2 kanan dan kiri
- Pangkal paha kanan dan kiri
- Urat leher kanan dan kiri
- Lekuk tenggorokan
- Pangkal lengan kanan dan kiri
- Puser
- Siku lengan kanan dan kiri
- Ulu hati
- Daerah persendian/sambungan tulang pada seluruh tubuh
- Bebas , dimana saja yg terkena.
9.Jual-beli / ban-banan Syahbandar
Ban-banan Fisik:
- saling mengadu dengan menggunakan jurus syahbandar, namun masih
bersifat kelit atau menjatuhkan lawan dengan memanipulasi tenaga lawan
itu sendiri.
- Mampu menjatuhkan lawan dengan sedikit gerakan disertai kepekaan rasa
- Mampu memukul hanya dengan jarak sejengkal.
- Mampu memukul walaupun dalam keadaan menempel dan tanpa jarak lagi.
- Jual beli dengan menggunakan tenaga dalam/tenaga batin
Ban-banan Batin (ilmu senteran bathin)
Menggunakan jurus hanya dalam hati, menjatuhkan lawan cukup dengan
menyenter jalur-jalur jalannya tenaga pada tubuh, baik dengan
menggunakan isyarat tangan atau cukup dalam bayangan (ma`rifat).,
dilakukan baik berhadapan maupun secara tidak berhadapan langsung (jarak
jauh).
( penulis : ki sawung )
Sumber : http://anggaz.wordpress.com